Di Balik Peristiwa Gempa Bantul, Benarkah Pantai Selatan Jawa Menyimpan Potensi Tsunami Hingga 20 Meter?

Moh. Habib Asyhad
Moh. Habib Asyhad

Editor

Laut Selatan atau Samudra Hindia menyimpan potensi tsunami yang begitu besar. Baru saja terjadi gempa di Bantul.
Laut Selatan atau Samudra Hindia menyimpan potensi tsunami yang begitu besar. Baru saja terjadi gempa di Bantul.

Laut Selatan atau Samudra Hindia menyimpan potensi tsunami yang begitu besar. Baru saja terjadi gempa di Bantul.

Intisari-Online.com -Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, diterjang gempa berkekuatan Magnitudo 6,4.

Puluhan rumah rusak akibat gempa yang bersumber di Samudra Hindia itu, termasuk satu orang meninggal dunia di Bantul.

Pesisir Selatan Pulau Jawa, atau Samudra Hindia, memang masih menyimpan misteris geologi hingga sekarang.

Termasuk potensi tsunami yang disebut bisa mencapai 20 meter.

Benarkah?

Menurut studi yang dilakukan oleh ITB, adapotensi tsunami setinggi di Selatan Jawa.

Hasil studi itu juga sudah mendapat tanggapan dari pakar tsunami dari BPPT.

Hasil kajian terbaru dari peneliti Institut Teknologi Bandung (ITB) tentang potensi tsunami di selatan Jawa yang bisa mencapai ketinggian 20 meter mendapatkan sorotan publik.

Kajian itu telah dipublikasikan di jurnal internasional Nature pada Kamis (17/9/2020) oleh tim peneliti dengan penulis pertama S Idiantoro dari Global Geophysics Reasearch Group ITB.

Hal ini dianggap mengkhawatirkan.

Namun, apakah potensi tsunami mencapai 20 meter itu bisa terjadi?

Menanggapi kajian terbaru ini, pakar tsunami dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Widjo Kongko, angkat bicara.

Menurut Widjo, kajian atau publikasi terbaru terkait potensi tsunami 20 meter di Pantai Selatan Jawa membuka wacana baru tentang ancaman tsunami di Pantai Selatan Jawa.

"Potensi tsunami dari sumber megathrust bisa mencapai 20 meter atau lebih," kata Widjo kepada Kompas.com, Jumat (25/9/2020).

Ia menambahkan, sebenarnya di zona subduksi selatan Jawa terdapat seismik gap atau kawasan aktif secara tektonik.

Namun, seismik aktif secara tektonik tersebut bersifat senyap atau hampa gempa dalam waktu lama.

Hal tersebut perlu diwaspadai karena dapat menimbulkan ancaman dengan potensi katastropik atau bencana.

Maka, kendati gempa belum bisa diprediksi, potensinya bisa dihitung dan, melalui model, bisa diperkirakan dampak tinggi dan waktu tibanya tsunami.

"Kalau mengulang 400-500 tahun untuk gempa besar di zona subduksi selatan Jawa, mungkin tidak terlalu lama lagi akan terjadi, jika mengacu perhitungan akhir gempa besar terakhir yang terjadi berdasarkan katalog Wichman," jelas Widjo.

Berdasarkan katalog Wichman, yang mencatat gempa bumi dan tsunami di Indonesia antara tahun 1538 hingga 1877 adalah katalog berjudul Arthur Wichmann's Die Des Indischen atau Gempa Bumi di Kepulauan Hindia Belanda, yang mengumpulkan cerita 61 gempa bumi dan 36 tsunami besar terjadi.

Selain itu, Widjo juga menyinggung bahwa potensi gempa besar yang berpeluang memicu tsunami di zona subduksi selatan Jawa itu mengacu pada mitologi Ratu Kidul yang tertulis dalam tembang atau lagu macapat-pangkur.

"Meski begitu, gempa tetap belum bisa diprediksi kapan akan terjadi," ujarnya.

Artikel Terkait