Pendiri ponpes Al Zaytun Panji Gumilang disebut sebagai imam NII KW 9 yang melingkupi wilayah Jakarta, Bekasi, Tangerang, dan Banten.
Intisari-Online.com -Sejak 2002 lalu, melalui penelitian yang mereka lakukan, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat sudah menentukan pandangannya atas Pondok Pesantren Al Zaytun.
MUI dengan tegas menyebut bahwa Al Zaytun punya keterkaitan atau afiliasi dengan Negara Islam Indonesia (NII) alias Darul Islam Indonesia (DI) yang didirikan SM Kartosoewirjo.
Dari mana keterkaitan itu, dugaan yang paling kuat adalah dari sang pendiri ponpes, Abdussalam Rasyidi Panji Gumilang.
Panji Gumilang disebut-sebut sebagai pemimpin NII Komandemen Wilayah (KW) 9 yang meliputi Jakarta, Bekasi, Tangerang, dan Banten.
Bagaimana ceritanya?
Kita tahu, Panji Gumilang dan pondok pesantren yang dia dirikan, Ponpes Al Zaytun, diduga telahmenyebarkan ajaran sesat yang melenceng dari sunnah Islam.
Dugaan ini membuat ribuan warga geram dan mendemo ponpes yang terletak di di Indramayu, Jawa Barat.
Terkait dugaan itu,Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil langsung membentuk tim investigasi.
Tujuannya untuk mengumpulkan data dan fakta terkait dugaan ajaran sesat di Ponpes Al-Zaytun.
MUI juga suda menentukannya sikapnya.
Seperti disebut di awal,MUI menyebut bahwa Ponpes Al-Zaytun terafiliasi dengan gerakan Negara Islam Indonesia (NII).
Adapun NII didirikan Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo pada 7 Agustus 7 Agustus 1945.
Pendirian NII berangkat dari kekecawaan Kartosoewirjo terhadap pemerintah pusat yang mengakui Perjanjian Renville.
Sebetulnya, tudingan Ponpes Al-Zaytun terafiliasi dengan gerakan NII bukan kali ini terjadi.
Citra Ponpes Al-Zaytun sudah sejak lama melekat dengan jaringan NII.
Pada 2011, nama Panji santer dikaitkan dengan jaringan NII.
Ketika itu, nama Panji jadi perhatian khalayak setelah dilaporkan oleh Imam Supriyanto, salah satu pimpinan NII.
Panji dilaporkan karena telah membuat dokumen palsu Yayasan Pesantren Indonesia (YPI).
Pelaporan ini membuat nama Panji langsung "dikuliti".
Saat itu, publik langsung mengaitkan Panji dengan gerakan NII.
Diktuip dari pemberitaan Harian Kompas edisi 9 Mei 2011, aktivis NII tahun 1996-2001, Sukanto menyebut Panji merupakan imam NII Komendemen Wilayah (KW) 9 yang mencakup wilayah Jakarta, Bekasi, Tangerang, dan Banten.
Panji menerima tongkat kepemimpinan dari imam sebelumnya, yakni Adah Djaelani pada 1996.
Dalam perjalanannya, NII KW 9 yang dipimpin Panji memiliki program sendiri.
Tahun 2005-2009 targetnya mewujudkan hukum Islam yang berlaku secara de jure dan de facto di wilayah.
Struktur NII KW 9 ialah negara, lengkap dengan majelis permusyawaratan rakyat, presiden, dan menteri.
NII KW 9 memiliki program teritorial yang tugas utamanya mengumpulkan orang dan dana.
Setiap struktur memiliki kode.
Ada dua akar NII, yaitu perekrutan dan pengumpulan dana.
Prinsipnya, untuk hijrah dari posisi sebagai warga negara Indonesia menjadi warga NII harus ada sedekah untuk mencuci diri.
Terdapat pula berbagai macam alur perekrutan.
Untuk mahasiswa, didekati dengan mahasiswa lain yang mulai dengan idealisme tentang kebesaran sejarah ilmu Islam.
Pada prinsipya mahasiswa ini diisolasi pergaulannya sehingga mudah diindoktrinasi.
"Kalau sudah dibaiat, bisa setiap hari ditelepon pada jam 22.00-03.00," kata Sukanto saat bercerita di depan mahasiswa Universitas Indonesia, Kamis (5/5/2011).
Pusat kaderisasi NII KW 9 diduga berlokasi di Ponpes Al-Zaytun.
Sepertiga murid ponpes itu merupakan anak dari warga NII.
Sementara, dua pertiganya adalah siswa dari kalangan umum.
Adapun kurikulum pendidikan yang digunakan adalah kurikulum dari Kementerian Pendidikan Nasional.
Kelas tiga baru didoktrin.
Namun, perekrutan yang sebenarnya terjadi saat mahasiswa.
Dengan demikian, calon kader itu bisa tersebar di seluruh Indonesia untuk kuliah dan membuat cabang baru.
Modus serupa digunakan YPI yang merekrut anak SD untuk menjadi santri.
Meski gurunya 98 persen adalah anggota NII, sama sekali tidak disebut-sebut soal NII.
"Jadi kalau ke sana, memang kelihatan tidak ada apa-apa," ungkap Sukanto kala itu.
Sementara itu, Panji membantah tudingan itu.
"Soal NII yang diributkan akhir-akhir ini, sebenarnya barangnya sudah tidak ada," bantah Panji ketika itu.
"NII sudah mati. Dalam sejarahnya, memang ada NII yang diproklamasikan tahun 1949 dan diperjuangkan sampai 1962. Setelah itu NII selesai."
Bahkan, tambahnya,pendirinya sudah menganjurkan pengikutnya agar kembali ke bumi pertiwi Indonesia.