Di kalangan keraton ada istilah "neres ringin kurung" yang secara harafiah berarti "menguliti kulit pohon beringin kurung".
Itu adalah istilah yang dipagai untuk "memberontak terhadap kekuasaan raja".
Pohon beringin memiliki sifat-sifat yang dihubungkan dengan kebesaran Keraton.
Ukurannya besar, tumbuh disegala musim, berumur panjang, dan akar-akarnya dalam dan kuat mencengkram tanah, memiliki kemampuan mengikat air dengan baik.
Daun-daunnya kecil rimbun memberi keteduhan dan pasokan oksigen dalam jumlah besar, memberi rasa aman bagi yang berteduh di bawahnya.
Filosofi dan nama-nama pohon beringin di Keraton Yogyakarta
Pohon beringin yang berada di lingkungan Keraton Yogyakarta termasuk di Alun-alun Utara dan Alun-alun Selatan ini sebenarnya tidak asal di tanam.
Tak hanya sekadar pohon saja, pohon beringin ini ternyata diberikan nama setiap benihnya.
Untuk di daerah Keraton Yogyakarta ini terdapat total 64 pohon beringin yang mengelilingi Alun-alun Utara Yogyakarta, termasuk pohon beringin yang ditanam di dalam area alun-alun.
Angka tersebut merupakan simbol usia Nabi Muhammad SAW saat meninggal dunia (dalam perhitungan Jawa).
Di tengah Alun-Alun Utara, ditanam sepasang pohon beringin dan diberi pagar berbentuk persegi, keduanya juga disebut sebagai ringin kurung yang berarti beringin yang dikurung.
Keberadaan sepasang ringin kurung ini tepat di tengah alun-alun dan mengapit sumbu filosofi, yakni garis imajiner yang membujur antara utara dan selatan, menjadi poros bagi tata ruang Keraton Yogyakarta.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR