Intisari-online.com -Tingalan Dalem Jumenangan adalah salah satu rumah adat Jawa yang terletak di Desa Jumenangan, Kecamatan Gantiwarno, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.
Rumah ini merupakan peninggalan dari Kerajaan Mataram Islam yang berdiri pada abad ke-16 hingga ke-18 Masehi.
Rumah ini memiliki nilai sejarah dan budaya yang tinggi karena menjadi tempat tinggal dan pusat pemerintahan dari beberapa raja Mataram, seperti Panembahan Senopati, Sultan Agung, dan Amangkurat I.
Rumah ini memiliki arsitektur khas Jawa dengan atap limasan yang terbuat dari genteng tanah liat, dinding dari kayu jati, dan lantai dari batu andesit.
Rumah ini terdiri dari beberapa bagian, yaitu pendapa (ruang tamu), pringgitan (ruang tengah), dalem (ruang utama), gandok (ruang samping), dan senthong (ruang belakang).
Setiap bagian memiliki fungsi dan makna tersendiri sesuai dengan tata ruang dan tata cara adat Jawa.
Salah satu ciri khas dari rumah ini adalah adanya relief ukiran yang menghiasi dinding dan pintu.
Relief ukiran ini menggambarkan berbagai motif flora, fauna, dan geometris yang memiliki simbolisme filosofis.
Misalnya, motif bunga teratai yang melambangkan kesucian jiwa, motif naga yang melambangkan kekuatan dan kewibawaan, atau motif sulur-suluran yang melambangkan kehidupan yang harmonis dan berkelanjutan.
Rumah ini juga menyimpan berbagai benda bersejarah yang menjadi saksi bisu dari kejayaan Kerajaan Mataram.
Di antaranya adalah singgasana (takhta) raja, pedang-pedang pusaka, gamelan (alat musik tradisional), wayang kulit (boneka kulit), dan prasasti-prasasti.
Baca Juga: Mataram vs Blambangan, Kisah Perang yang Mengubah Peta Politik Jawa Timur
Benda-benda ini masih terawat dengan baik hingga saat ini dan menjadi daya tarik bagi para pengunjung yang ingin mengetahui lebih dalam tentang sejarah dan budaya Jawa.
Tingalan Dalem Jumenangan merupakan salah satu warisan budaya bangsa Indonesia yang patut dilestarikan dan dijaga keasliannya.
Untuk mengunjungi Tingalan Dalem Jumenangan, Anda bisa menggunakan kendaraan pribadi atau umum.
Jika menggunakan kendaraan pribadi, Anda bisa mengambil jalur Solo-Klaten dan menuju ke arah timur hingga sampai di Desa Jumenangan.
Jika menggunakan kendaraan umum, Anda bisa naik bus jurusan Solo-Klaten dan turun di Terminal Gantiwarno.
Dari sana, Anda bisa naik ojek atau becak menuju ke lokasi rumah.
Tingalan Dalem Jumenangan buka setiap hari dari pukul 08.00 hingga 16.00 WIB.
Tiket masuknya adalah Rp 10.000 per orang untuk dewasa dan Rp 5.000 per orang untuk anak-anak.
Di sana, Anda bisa melihat-lihat rumah dan benda-benda bersejarahnya, berfoto-foto, atau berbincang dengan para penjaga yang juga merupakan keturunan dari raja-raja Mataram.
Selain itu, Anda juga bisa mendengarkan cerita rakyat atau legenda yang berkaitan dengan rumah ini.
Salah satunya adalah legenda tentang asal-usul nama Jumenangan.
Konon, nama ini berasal dari kata "jumeneng" yang berarti "berkuasa".
Menurut cerita, Panembahan Senopati pernah mengucapkan kata "aku jumeneng" ketika berhasil mengalahkan musuhnya dan membangun Kerajaan Mataram.
Sejak saat itu, tempat itu disebut Jumenangan sebagai tanda penghormatan kepada raja yang berjasa.
Tingalan Dalem Jumenangan adalah salah satu destinasi wisata sejarah dan budaya yang menarik untuk dikunjungi.
Di sana, Anda bisa merasakan nuansa keraton yang megah dan anggun, serta belajar banyak tentang sejarah dan budaya Jawa.