Namun, banyak orang yang percaya bahwa Nero sengaja membakar kota itu untuk membuat ruang bagi istana barunya, yang disebut Domus Aurea (Rumah Emas).
Ada juga rumor bahwa Nero menyanyikan lagu tentang kehancuran Troya sambil memainkan kecapi saat kota itu terbakar.
Untuk mengalihkan tuduhan dari dirinya, Nero menyalahkan orang-orang Kristen sebagai biang keladi kebakaran dan memerintahkan penganiayaan terhadap mereka.
Banyak orang Kristen yang disiksa dan dibunuh dengan cara-cara yang mengerikan, seperti dibakar hidup-hidup, disalibkan, atau dilemparkan ke binatang buas.
Kebijakan-kebijakan Nero yang semena-mena dan sewenang-wenang akhirnya menimbulkan pemberontakan di berbagai provinsi Romawi.
Pada tahun 68 M, seorang senator bernama Vindex memberontak di Galia dengan dukungan dari Galba, seorang gubernur di Hispania.
Mereka menyatakan bahwa Nero bukan lagi kaisar Romawi dan mengajak para gubernur lainnya untuk bergabung dengan mereka.
Meskipun Vindex dikalahkan oleh pasukan setia Nero yang dipimpin oleh Verginius Rufus, pemberontakan ini memicu gelombang protes di seluruh kerajaan.
Galba menyatakan dirinya sebagai kaisar baru dan mendapatkan dukungan dari banyak pasukan militer.
Nero merasa terancam oleh pemberontakan ini dan mencoba mendapatkan dukungan dari Senat dan Pengawal Praetorian.
Namun, ia mendapati bahwa kedua lembaga itu telah meninggalkannya dan menyatakan bahwa ia adalah musuh negara.
Ia pun melarikan diri dari istananya dan mencari tempat perlindungan di luar kota.
Ia berencana untuk melarikan diri ke timur, tetapi ia tidak memiliki kapal atau uang untuk melakukannya.
Akhirnya sampai di sebuah vila milik seorang budak bebas bernama Phaon, di mana ia memutuskan untuk bunuh diri sebelum ditangkap oleh musuh-musuhnya.
Nero sangat ketakutan untuk membunuh dirinya sendiri. Ia memohon kepada salah satu pelayannya untuk menunjukkan contoh cara bunuh diri dengan menusuk lehernya sendiri.
Namun, pelayan itu menolak. Nero kemudian mendengar suara pasukan berkuda yang mendekat. Ia takut akan disiksa atau dieksekusi secara hina oleh mereka.
Ia pun mengambil pisau dan menusuk lehernya sendiri dengan bantuan sekretarisnya, Epaphroditus. Sebelum ia mati, ia mengucapkan kata-kata terakhirnya: "Apa seni yang hilang bersamaku!"
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR