Di Balik Peristiwa Bentrok PSHT-Warga Jogja, Ternyata Ini Sosok Yang Mendirikan Perguruan Silat Asal Madiun Itu

Moh. Habib Asyhad
Moh. Habib Asyhad

Editor

PSHT merupakan perguruan silat yang sudah berusia satu abad, pendirinya adalah  Ki Hadjar Hardjo Oetomo.
PSHT merupakan perguruan silat yang sudah berusia satu abad, pendirinya adalah Ki Hadjar Hardjo Oetomo.

PSHT merupakan perguruan silat yang sudah berusia satu abad, pendirinya adalah Ki Hadjar Hardjo Oetomo.

Intisari-Online.com -Terjadi bentrokan di Yogyakarta pada Minggu (4/6) kemarin.

Bentrokan terjadi antara warga PSHT dan warga Yogyakarta di beberapa titik di Kota Pelajar tersebut.

Terlepas dari apa yang baru saja terjadi, menarik untuk menelisik lebih dalam, siapa sosok di balik berdirinya PSHT.

Persaudaran Setia Hati Terate (PSHT) merupakan salah satu perguruan silat di Indonesia yang sudah berusia satu abad.

Menurut sejarah, PSHT didirikan pada 1922 oleh Ki Hadjar Hardjo Oetama.

Awalnya PSHT bernamaSetia Hati Pencak Sport Club (SH PSC).

Ki Hadjar Hardjo Oetama merupakan murid dari Ki Ngabehi Soerodiwiryo (Eyang Suro), pemilik perguruan silat yang menjadi cikal bakal PSHT.

Kelompok tersebut kemudian dicurigai oleh pemerintah kolonial Belanda sebagai gerakan perlawanan, sehingga dibubarkan.

Tak hanya itu, Ki Hadjar Hardjo juga dibuang ke Jember, Cipinang, dan Padangpanjang, Sumatera Barat.

Sepulang dari masa pengasingan, ia kembali mengaktifkan SH PSC dengan mengganti nama "pencak" menjadi "pemuda" sebagai siasat agar tidak dibubarkan Belanda.

Nama SH PSC kemudian diubah lagi menjadi Setia Hati Terate pada 1942, atas usulan dari Soeratno Soerengpati, seorang tokoh pergerakan Indonesia.

Namun, saat itu SH Terate baru bersifat perguruan, bukan organisasi.

Lalu pada 1948, perguruan SH Terate diubah menjadi organisasi Persaudaraan Setia Hari Terate yang dipimpin oleh Soetomo Mengkoedjojo.

Perubahan ini berdasarkan hasil konferensi yang diadakan di rumah Ki Hadjar Hardjo di desa Pelangbango, Madiun, Jawa Timur.

Saat itu, PSHT diketuai oleh Oetomo Mengkoewidjojo dan Darsono sebagai wakil.

Kepemimpinan PSHT dilanjutkan M Irsyad pada 1950.

Di masa ini, ada beberapa tambahan materi latihan, yaitu 90 senam, jurus belati, dan jurus toya.

Di masa RM Imam Koesoepangat (1974), PSHT berkembang cukup pesat hingga memiliki belasan juta anggota dari seluruh dunia.

Selepas Imam Koeseopangat, PSHT dipimpin oleh Tarmidji Boedi Harsono, SE pada 1981.

Saat menjabat, Tarmidji mendirikan Yayasan Setia Hati Terate untuk mengelola kekayaan PSHT.

Pada masa kepemimpinan M Taufiq (2016-2021), terjadi perubahan struktur di tubuh PSHT.

Taufiq menambahkan bidang pengabdian masyarakat agar bisa memberi dampak langsung kepada warga.

Tak hanya di Indonesia, saat ini PSHT telah tersebut di berbagai negara, seperti Belanda, Perancis, Belgia, Jerman, dan Amerika Serikat.

Untuk menjadi bagian dari Persaudaraan Setia Hati “Terate”, seseorang terlebih dahulu harus mengikuti sederet latihan pencak silat dasar.

Nantinya, mereka akan mendapat sabuk hitam, merah muda, hijau, dan putih kecil, sesuai dengan tingkatan masing-masing.

Setelah menamatkan pencak silat dasar tersebut, seseorang akan dianggap sebagai warga atau saudara SH jika telah disahkan oleh Dewan Pengesahan pada bulan Muharam atau Syuro.

Disebutkan bahwa Dewan Pengesahan ini termasuk saudara SH terbaik yang dipilih melalui musyawarah.

Sebelum proses pengesahan, kandidat warga SH akan mendapat "gemblengan" jasmani dan rohani secara mendalam.

Saudara SH yang baru disahkan ini baru berada pada tingkat I (erste trap).

Sebagai informasi, ada tiga jenis tingkatan dalam PSHT, yaitu saudara SH Tingkat I (ester trap), Tingkat II (twede trap), dan tingkat III (derde trap).

Artikel Terkait