Berikutnya, Radjiman pindah lagi ke Paris, Prancis untu memperdalamilmu Gudascope Urinoir pada tahun 1931.
Radjiman Wedyodiningrat tetap aktif dalam pergerakan nasional di tengah kesibukannya di dunia kedokteran.
Radjiman tercatat sebagai salah satu pendiri Budi Utomo, dan menjadi ketua organisasi itu pada 1914-1915.
Selama periode tahun 1918-1931, Radjiman menjadi anggota Dewan Rakyat atau Volksraad untuk perwakilan Budi Utomo.
Perjuangannya tetap berlanjut meski Tanah Air dikuasai oleh militer Jepang.
Awalnya Radjiman menjadi anggota Dewan Pertimbangan Daerah (Shu Sangi kai) Madiun.
Kemudian dia diangkat menjadi Dewan Pertimbangan Pusat (Chuo Sangi in).
Saat Jepang membentuk Pusat Tenaga Rakyat atau Putera, Radjiman ditunjuk untuk menjadi salah satu anggota Majelis Pertimbangan.
Namun situasi pendudukan Jepang mulai melemah seiring dengan situasi Perang Asia Timur Raya yang sudah menghimpit negara itu.
Jepang lantas menjanjikan kemerdekaan Indonesia dengan membentuk Badan Penyelidik Usaha-usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI).
BPUPKI dibentuk pada akhir Mei 1945, dengan Radjiman Wedyodiningrat sebagai ketuanya.
Melalui BPUPKI yang dipimpin Radjiman inilah para bapak bangsa mendiskusikan tentang dasar negara Indonesia jika merdeka kelak.
Dalam periode BPUPKI ini pula muncul gagasan tentang Pancasila hingga Piagam Jakarta yang menjadi cikal bakal Pembukaan UUD 1945.
Kerja BPUPKI lantas diterukan atau dilanjutkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang diketuai Soekarno.
Pada akhirnya, bangsa Indonesia berhasil mendapatkan kemerdekaannya sendiri pada tanggal 17 Agustus 1945.
Setelah kemerdekaan, Radjiman Wedyodiningrat masih terus memberikan sumbangsih pemikiran kepada bangsa Indonesia.
Radjiman tercatat sebagai anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP), Dewan Pertimbangan Agung (DPA).
Selain itu Radjiman juga menjadi pemimpin sidang DPR pertama saat Indonesia kembali menjadi NKRI dari RIS.
Radjiman Wedyodiningrat meninggal dunia pada 20 September 1952 di Desa Dirgo, Widodaren, Ngawi.
Jenasahnya dimakamkan di Desa Mlati, Sleman, Yogyakarta, berdekatan dengan makam Dokter Wahidin Sudirohusodo.
Dokter KRT Radjiman Wedyodiningrat ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional pada 6 November 2013.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR