Skandal Korupsi VOC, di Balik Peristiwa Runtuhnya Perusahaan Dagang Terkaya di Dunia

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Ilustrasi - VOC
Ilustrasi - VOC

Intisari-online.com -VOC atau Perusahaan Hindia Timur Belanda adalah kongsi dagang yang berdiri pada tahun 1602.

Pada saat itu membawa misi untuk mengendalikan perdagangan rempah-rempah di Asia.

VOC mendapatkan hak istimewa dari negara Belanda, seperti memiliki tentara, mata uang, dan bernegosiasi dengan negara lain.

VOC juga menjadi perusahaan multinasional pertama di dunia dan perusahaan pertama yang menerapkan sistem pembagian saham.

Namun, di balik keberhasilan dan kemewahannya, VOC juga menyimpan sejarah kelam.

Berkaitan dengan korupsi besar-besaran yang akhirnya menghancurkan perusahaan tersebut.

Pada abad ke-17 hingga awal abad ke-18, VOC mencapai puncak kejayaan.

Hal ini ditunjukkan dengan penguasaannya terhadap hampir seluruh wilayah Indonesia dan jalur perdagangan dunia.

Namun, seiring bertambahnya wilayah kekuasaan VOC, praktik korupsi kian merajalela, mulai dari menggelapkan uang kas dan anggaran VOC sampai menindas penduduk.

Praktik korupsi yang dilakukan oleh pejabat VOC dilakukan dengan berbagai macam cara.

Seperti perdagangan pribadi atau perdagangan gelap (morshandel), mengambil keuntungan yang seharusnya menjadi hak VOC (stille winsten), memaksa rakyat menyerahkan hasil bumi melebihi ketentuan (overwichten), sengaja menetapkan target setoran di bawah potensi (spillagie), memaksa penduduk menyerahkan upeti (contributien), dan menerima hadiah dari para penjilat (hommagien).

Baca Juga: Di Salatiga Mataram Islam Pecah Jadi Tiga, Semua Karena Belanda

Praktik korupsi ini menimbulkan kerugian besar bagi VOC dan pemegang sahamnya.

Selain itu, korupsi juga menimbulkan ketidakpuasan dan pemberontakan dari rakyat dan penguasa lokal yang merasa dieksploitasi oleh VOC.

Beberapa contoh perlawanan terhadap VOC adalah perang melawan Sultan Hasanuddin di Makassar (1666-1669), Sultan Agung di Mataram (1628-1630), Sultan Ageng Tirtayasa di Banten (1680-1683), dan raja-raja Maluku (1650-an).

Perlawanan ini membuat VOC harus mengeluarkan biaya besar untuk membiayai perang dan menjaga keamanan.

Selain korupsi dan perlawanan lokal, VOC juga menghadapi persaingan dari kongsi dagang lain, terutama Inggris.

Pada abad ke-18, Inggris mulai menguasai perdagangan rempah-rempah di India dan Asia Tenggara.

Inggris juga memiliki keunggulan dalam hal teknologi, modal, dan organisasi dibandingkan dengan VOC.

Perang antara Belanda dan Inggris pun meletus beberapa kali, seperti Perang Candu Pertama (1839-1842) dan Perang Candu Kedua (1856-1860), yang berakhir dengan kemenangan Inggris.

Perang ini membuat VOC semakin terpuruk dalam hutang dan defisit.

Akhirnya, pada tahun 1799, VOC dibubarkan secara resmi oleh Parlemen Belanda.

Seluruh aset dan utang VOC diambil alih oleh negara Belanda.

Baca Juga: Tak Hanya Mataram Islam, VOC Juga Ikut Campur Dalam Urusan Kerajaan Islam Lainnya Di Nusantara

VOC menjadi contoh bagaimana sebuah perusahaan dagang yang sukses bisa runtuh karena korupsi dan pemborosan anggaran.

Sejarah VOC juga menjadi pelajaran bagi bangsa Indonesia untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama.

Artikel Terkait