Ibu Nunuk disebut sebagai sosok yang berada di balik nikmatnya rasa Indomie, mi instan buatan Indonesia.
Intisari-Online.com -Beberapa saat yang lalu salah satu produk Indomie dicekal di beberapa negara.
Selain Taiwan, Malaysia juga menarik peredaran mi instan buatan Indonesia itu.
Terutama yang Indonesia Rasa Ayam Spesial.
Kementerian Kesehatan Malaysia memerintahkan penarikan massal Indomie Rasa Ayam Spesial dan mi Ah Lai White Curry Noodles produksi Malaysia.
Sementarapemerintah Taiwan menyatakan dua produk tersebut mengandung zat pemicu kanker, etilen oksida.
Departemen Kesehatan Taipei, Taiwan, mengumumkan dua produk mi instan dari Indonesia dan Malaysia yang dijual di Taipei ditemukan mengandung zat pemicu kanker atau zat karsinogenik.
Menurut Depkes Taipei, "Ah Lai White Curry Noodles" dari Malaysia dan sejumlah "Indomie: Rasa Ayam Spesial" dari Indonesia sama-sama mengandung etilen oksida.
Ia adalah senyawa kimia yang terkait dengan limfoma dan leukemia.
Imbas temuan tersebut, "Indomie Rasa Ayam Spesial" dan mi dari Malaysia pun ditarik dari peredaran dan penjualan.
Terlepas dari itu, rasanya tak ada yang membantah kenikmatan Indomie.
Siapa sebenarnya sosok di balik nikmatnya rasa Indomie?
Usut punya usut, sosok di balik rasa Indomie bernama Nunuk Nuraini.
Ia disebut sebagai penemu resep Indomie yang beragam itu.
Ibu Nunuk sangat mengedepankan bahan-bahan alami dalam tiap resep yang ia pilih—lepas dari klaim banyak orang bahwa bumbu Indomie tidak sehat.
Lalu kenapa ia jarang dikenal orang?
Ibarat guru silat, ia lebih tenang ketika berada di padepokannya alih-alih pamer kekuatan di gelanggang dunia persilatan.
Pun begitu dengan Ibu Nunuk yang memilih jarang tampil di depan umum.
Ia memilih tetap berada di padepokannya untuk mengembangkan varian baru produk mie instan kondang itu.
Kabarnya, Ibu Nunuk sudah lebih dari 25 tahun mengabdikan diri sebagai Flavor Development Manager Indofood.
Ia adalah lulusan Teknologi Pangan Universitas Padjajaran Bandung.
Tidak semua resep Indomie kita tahu, tapi Ibu Nunuk memberi sedikit bocoran.
“Bumbunya harus diproses dengan minyaknya. Bawang merah, bawang putih, cabai, kadang santan sesuai dengan rasa yang ingin dicapai," katanya.
"Awalnya membuat skala kecil dulu, baru nanti dibuat skala besar."