Padahal Raja Trah Mataram Islam Juga, Ini Alasan Sultan Hamengkubuwono II Tak Dimakamkan Di Makam Imogiri

Moh. Habib Asyhad
Moh. Habib Asyhad

Penulis

Sultan Hamengkubuwono II, salah satu raja trah Mataram Islam yang tidak dimakamkan di Makam Imogori. Ada kaitannya dengan Perang Jawa Pangeran Diponegoro.
Sultan Hamengkubuwono II, salah satu raja trah Mataram Islam yang tidak dimakamkan di Makam Imogori. Ada kaitannya dengan Perang Jawa Pangeran Diponegoro.

Sultan Hamengkubuwono II, salah satu raja trah Mataram Islam yang tidak dimakamkan di Makam Imogori. Ada kaitannya dengan Perang Jawa Pangeran Diponegoro.

Intisari-Online.com -Makam raja-raja di Imogiri sengaja dibangun sebagai tempat peristirahata terakhir raja-raja trah Mataram Islam.

Meski begitu, ada beberapa raja yang tak dimakamkan di situ.

Salah satunya adalah Sultan Hamengkubuwono II yang dimakamkan di makam Kotagede.

Benarkah ini ada kaitannya dengan Pangeran Diponegoro?

Dilansir situsbudaya.jogjaprov.go.id, kompleks Makam Imogiri dibangun oleh Sultan Agung.

Kompleks pemakaman ini dikenal dengan sebutan Pajimatan.

Baca Juga: Ketika Inggris Ngamuk Karena Permintaannya Tak Digubris HB II, Sempat Minta Bantuan Pangeran Diponegoro

Sebutan Pajimatan ini asalnya dari kata "jimat" yang memiliki arti pusaka, tempat untuk pusaka.

Dalam konteks ini sosok Raja Kerajaan Mataram Islam yakni Sultan Agung, seorang raja yang pertama kali dimakamkan di kompleks ini menjadi leluhur serta pusaka bagi dinasti Kerajaan Mataram.

Status Makam Imogiri tetap tidak berubah meskipun Mataram Islam pecah jadi setelah Perjanjian Giyanti 1755.

Baik Kesultanan Yogyakarta maupun Kesunanan Surakarta memiliki hak serta kewajiban yang sama dalam melakukan pemeliharaan kompleks makam tersebut.

Kompleks Makam Imogiri terbagi dalam tiga kelompok besar dimana berderet dari sisi barat ke sisi timur.

Tiga kompleks tersebut ialah :

1. Kelompok makam Raja-Raja Mataram Islam di mana terdiri atas dua kedaton: Kedaton Sultan Agungan dan Kedaton Pakubuwanan.

2. Kelompok makam Raja-Raja Kasultanan Yogyakarta di mana terdiri atas tiga kedaton: Kedaton Kasuwargan, Kedaton Besiyaran, dan Kedaton Saptarengga.

3. Kelompok makam Raja-Raja Kesunanan Surakarta terdiri atas tiga kedaton: Kedaton Bagusan, Kedaton Astana Luhur, serta Kedaton Girimulya.

Astana Pajimatan Himagiri atau Makam Imogiri termasuk jaringan tradisi ziarah masyarakat Jawa ke lokasi makam-makam leluhur.

Hal ini menjadikan pemakaman ini sebagai salah satu destinasi utama wisata religi yang umum dilakukan oleh masyarakat Jawa.

Baca Juga: Penyusupan Randu Watang, Mata-Mata Mataram Islam yang Menentukan Nasib Tuban

Kompleks pemakaman ini dikelola oleh Kesunanan Surakarta dan Kesultanan Yogyakarta dengan menempatkan para abdi dalem yang menjaga pemakaman dan dikelola secara bersama.

Seperti disebut di awal, ada beberapa raja Mataram Islam yang tak dimakamkan di Makam Imogiri.

Salah satunya adalah Hamengkubuwono II.

Sultan Hamengkubuwana II yang sudah sepuh meninggal pada 3 Januari 1828.

Sebelumnya sang raja disebut menderita sakit radang tenggorokan dan akibat usia tua.

Pemerintahan akhirnya diserahkan kepada cicitnya, yaitu Hamengkubuwana V.

Berbeda dari penguasa-penguasa Kesultanan Yogyakarta lainnya, jenazah Hamengkubuwana II tidak dimakamkan di Imogiri.

Dia dimakamkan di kompleks pemakaman Kotagede.

Hal ini terjadi karena pertimbangan keamanan.

Jalur perjalanan ke Imogiri kala itu dikuasai oleh kubu Pangeran Diponegoro.

Kita tahu, di tahun-tahun itu, Pangeran Diponegoro sedang memimpin pasukannya melawan Belanda dalam Perang Jawa.

Artikel Terkait