Sayangnya, cinta mereka tidak berakhir bahagia. Sultan Agung mengetahui keberadaan mereka di hutan dan mengirim pasukan untuk menangkap mereka.
Ki Ageng Mangir berusaha melawan pasukan Sultan Agung dengan gagah berani, namun akhirnya ia gugur di tangan salah satu prajurit.
Ratu Pembayun yang menyaksikan kematian kekasihnya pun bunuh diri dengan menusukkan keris ke dadanya.
Sebelum meninggal, ia meminta agar ia dikuburkan bersama Ki Ageng Mangir dan gudeg yang menjadi saksi cinta mereka.
Konon, makam mereka berdua berada di Desa Mangir, Bantul, Yogyakarta.
Di dekat makam tersebut, terdapat sebuah pohon nangka yang konon merupakan pohon nangka pertama yang ditanam oleh Ki Ageng Mangir dan Ratu Pembayun.
Pohon nangka itu masih berbuah hingga sekarang dan buahnya digunakan untuk membuat gudeg oleh penduduk setempat.
Selain kisah cinta Ki Ageng Mangir dan Ratu Pembayun, ada juga kisah lain yang berkaitan dengan gudeg.
Menurut versi lain, gudeg diciptakan oleh seorang ibu rumah tangga bernama Mbah Sastro di Yogyakarta pada abad ke-19.
Mbah Sastro adalah seorang penggemar nangka muda dan ia sering memasaknya dengan berbagai cara.
Suatu hari, ia mencoba memasak nangka muda dengan santan, gula merah, dan bumbu-bumbu yang ia miliki.
Baca Juga: Selalu Anggap Mataram Islam Penjajah Bagi Madura, Pangeran Trunojoyo Pun Mantap Memberontak
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR