Ia memasaknya dengan api kecil selama berjam-jam hingga nangka muda menjadi empuk dan berwarna cokelat.
Ia pun menyantapnya bersama keluarganya dan mereka semua menyukainya.
Mbah Sastro kemudian menjual gudeg yang ia buat di pasar tradisional. Gudeg buatannya laris manis dan banyak orang yang membelinya.
Mbah Sastro pun menjadi terkenal sebagai penjual gudeg pertama di Yogyakarta. Ia juga mengajarkan resep gudegnya kepada anak-anak dan cucu-cucunya.
Salah satu cucunya adalah Mbah Lindu, yang juga dikenal sebagai penjual gudeg legendaris di Yogyakarta.
Mbah Lindu mewarisi resep gudeg dari Mbah Sastro dan membuka warung gudeg di Jalan Sosrowijayan pada tahun 1952.
Warung gudeg Mbah Lindu masih berdiri hingga sekarang dan menjadi salah satu warung gudeg tertua dan terpopuler di Yogyakarta.
Dari warung gudeg Mbah Lindu, resep gudeg menyebar ke berbagai tempat dan menghasilkan berbagai variasi.
Ada gudeg kering yang tidak menggunakan santan, ada gudeg basah yang menggunakan banyak santan, ada gudeg merah yang menggunakan cabe merah, ada gudeg putih yang tidak menggunakan gula merah, dan masih banyak lagi.
Gudeg juga menjadi hidangan wajib dalam berbagai acara adat dan budaya di Yogyakarta, seperti pernikahan, khitanan, selamatan, dan lain-lain.
Gudeg adalah hidangan yang membanggakan bagi Yogyakarta dan Indonesia.
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR