Karena Orang Jawa Timur Punya 2 Tradisi Lebaran, Lebaran Idul Fitri Dan Lebaran Ketupat

Moh. Habib Asyhad
Moh. Habib Asyhad

Editor

Lebaran ketupat alias riyoyo kupat merupakan tradisi yang biasanya dilaksanakan seminggu setelah lebaran hari raya Idul Fitri.
Lebaran ketupat alias riyoyo kupat merupakan tradisi yang biasanya dilaksanakan seminggu setelah lebaran hari raya Idul Fitri.

Lebaran ketupat alias riyoyo kupat merupakan tradisi yang biasanya dilaksanakan seminggu setelah lebaran hari raya Idul Fitri.

Intisari-Online.com -Orang Jawa Timur ternyata punya dua lebaran.

Yang pertama, tentu saja lebaran Idul Fitri yang berlangsung pada 1 Syawal.

Sementara yang kedua adalah lebaran ketupat atau dalam istilah lokal disebut sebagai riyoyo kupat.

Apa itu lebaran ketupat?

Lebaran Ketupat adalah salah satu tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Jawa Timur sebagai rangkaian dari hari raya Idul Fitri.

Tradisi ini biasanya dilaksanakan pada hari kedelapan bulan Syawal, atau sepekan setelah Idul Fitri.

Lebaran Ketupat memiliki makna dan filosofi yang mendalam bagi masyarakat Jawa Timur.

Ada beberapa daerah di Jawa Timur yang sering melaksanakan lebaran ketupat.

Ada Trenggalek, ada Gresik, ada juga Lamongan.

Konon katanya,tradisi ini sudah ada sejak sekitar 200 tahun yang lalu dan masih dilestarikan hingga kini.

Tradisi ini awalnya dipraktikkan oleh keluarga yang pernah kehilangan anak karena keguguran atau meninggal sewaktu bayi.

Lebaran Ketupat dianggap sebagai momen penghiburan dan kasih sayang bagi arwah anak-anak tersebut.

Dalam tradisi Lebaran Ketupat, masyarakat akan membuat ketupat dari beras yang dibungkus dengan daun janur (kelapa) yang dianyam menjadi bentuk persegi.

Ketupat ini kemudian dikukus hingga matang dan disajikan dengan berbagai lauk pauk seperti lodeh, kare, sambal goreng ati, opor ayam atau sapi.

Masyarakat juga akan melakukan kenduri atau selamatan bersama-sama sebelum menikmati ketupat.

Selain itu, mereka juga akan berbagi ketupat dengan tetangga atau kerabat sebagai bentuk silaturahmi.

Ketupat memiliki makna simbolis bagi masyarakat Jawa Timur.

Warna putih dari beras melambangkan kesucian hati setelah meminta maaf atas kesalahan yang dilakukan pada orang lain.

Daun janur melambangkan jatining nur atau hati nurani. Beras melambangkan hawa nafsu manusia.

Jadi, ketupat secara keseluruhan melambangkan nafsu dunia yang dibungkus dengan hati nurani.

Selama lebaran ketupat, selain tentu saja ada ketupat, ada hidangan lain yang juga khas, yaitu lepet.

Lepetterbuat dari beras ketan yang diisi dengan biji kacang panjang kering dan dibungkus dengan daun janur.

Lepet memiliki makna filosofis bahwa manusia tidak dapat luput dari kesalahan.

Dari situ, diharapkan bahwa sebagai manusia, kita mampu bersikap arif dengan cara mudah memaafkan kesalahan orang lain.

Tak hanya di Jawa Timur

Lebaran ketupat ternyata tak hanya ada di Jawa Timur.

Beberapa daerah di luar Jawa Timur juga menyelenggarakan lebaran ketupat, tentu dengan nama lokal masing-masing.

1. Madura

Di Madura, tradisi Lebaran Ketupat ini biasa disebut dengan Terater.

Tradisi ini biasanya dilaksanakan setiap tanggal 7 Syawal setelah umat Muslim selesai melaksanakan ibadah puasa sunah selama enam hari di bulan Syawal.

Hampir sama dengan daerah lainnya, masyarakat Madura juga menyantap ketupat dengan opor atau ayam goreng.

Uniknya, di Madura hidangan Lebaran Ketupat tidak langsung disantap, melainkan terlebih dulu diserahkan kepada imam masjid atau dibawa ke mushala setempat.

2. Kudus

Syawalan atau lebaran Ketupat dirayakan dengan prosesi kirab gunungan Seribu Ketupat di Kudus, Jawa Tengah.

Gunungan terdiri dari susunan seribu ketupat dan ratusan lepet yang diarak dari rumah kepala desa setempat menuju Masjid Sunan Muria.

Selain gunungan, masyarakat juga menggelar tradisi ziarah ke Makam Sunan Muria.

Kegiatan ini kemudian dilanjutkan dengan minum air dan mencuci kaki serta tangan dengan air dari gentong peninggalan Sunan Muria.

3. Manado

Masyarakat Manado merayakan Lebaran Ketupat dengan saling mengunjungi dan saling memaafkan.

Warga muslim di Manado membuka pintu rumahnya bagi siapa saja yang datang berkunjung.

Tak hanya di Manado, beberapa daerah di Sulawesi Utara juga merayakan tradisi ini seperti di Kampung Jawa Tondano dan Desa Sea.

Sejarah Lebaran Ketupat, khususnya Manado, awalnya dibawa oleh warga Jawa yang merupakan keturunan Imam Bonjol di Tondano.

Tradisi ini kemudian terus dilanjutkan dan dirayakan setiap tahunnya.

4. Lombok

Masyarakat Lombok, Nusa Tenggara Timur menyebut tradisi ini dengan nama Lebaran Topat, yang dimeriahkan dengan tradisi nyangkar.

Nyangkar merupakan tradisi nenek moyang orang Sasak saat merayakan Lebaran Topat.

Masyarakat Lombok akan melakukan arak-arakan cidomo hias yang mengangkut dulang berisi ketupat menuju pusat perayaan di makam Loang Baloq.

Cidomo merupakan angkutan tradisional semacam delman atau andong yang ditarik oleh kuda.

5. Magelang

Rangkaian perayaan Hari Raya Idul Fitri di Dusun Kauman, Desa Payaman, Magelang diisi dengan Festival Balon Syawalan.

Tradisi yang sudah berlangsung sejak tahun 1980-an tersebut diadakan untuk memperingati Syawalan atau Lebaran Ketupat.

Sedikitnya ada 150 balon udara tradisional yang diterbangkan sebagai tanda Syawalan.

Ada dua lokasi pelepasan balon udara. Pertama, di halaman depan Masjid Agung Kauman dan di lapangan dusun setempat.

Setiap tahun ada panitia membuat tema berbeda yang diangkat sesuai dengan momentum yang sedang hangat saat itu.

8. Kolaka

Masyarakat Kolaka khususnya di Kecamatan Toari dan Watubangga serta beberapa kecamatan lainnya merayakan Lebaran Ketupat di Pantai Lamunre yang terletak di Desa Lamunre.

Pada hari ketujuh setelah Lebaran, warga akan mengadakan rekreasi bersama sanak saudara serta membawa menu hidangan ketupat.

Pada awalnya, tradisi ini dibawa oleh masyarakat Jawa yang berada di Desa Ranomentaa dan Wowoli.

Namun, sekarang bukan hanya suku Jawa saja yang merayakan, tetapi masyarakat asli di daerah tersebut.

9. Gorontalo

Hampir semua warga Gorontalo merayakan tradisi Lebaran Ketupat. Perayaan dilakukan dengan menyelenggarakan open house di rumah-rumah, khususnya di Kampung Jawa, seperti Desa Yosonegoro, Kecamatan Limboto Barat, Gorontalo.

Setiap rumah sepanjang Jalan Yosonegoro akan menyelenggarakan open house.

Menu utama yang disediakan adalah ketupat dan opor ayam, siapa saja boleh menikmati hidangan tersebut.

Sebelum dirayakan, sebagian warga akan menjalankan ibadah puasa sunah di bulan Syawal selama enam hari. Tradisi Lebaran Ketupat ini awalnya hanya dilakukan oleh orang Jaton (sebutan untuk etnis Jawa-Tondano).

Namun, warga Gorontalo sekarang sudah melebur dan ikut merayakannya.

10. Rembang

Lebaran Ketupat juga dirayakan dengan meriah di Rembang. Warga menyebutnya dengan Rioyo Kupat.

Tradisi ini dirayakan dengan cara memasak dan makan bersama di masjid. Seusai shalat Subuh, pengurus masjid memberitahukan agar warga membawa ketupat yang sudah dibuat ke masjid.

Warga akan langsung berdatangan ke masjid sambil membawa wadah berisi ketupat, sayur bersantan kue lepet (ketan dengan isi kacang merah), serta aneka macam kue.

Artikel Terkait