Mengungkap Buku Max Havelaar, Novel Satir Eduard Douwes Dekker yang Mengguncang Penjajahan Belanda

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Ilustrasi - Eduard Douwes Dekker, atau Multatuli penulis buku Max Havelaar
Ilustrasi - Eduard Douwes Dekker, atau Multatuli penulis buku Max Havelaar

Intisari-online.com - Salah satu karangan yang memperngaruhi kemerdekaan Indonesia adalah novel yang ditulis oleh Eduar Douwes Dekker.

Orang Belanda yang menulis novel mengisahkan tentang kekejaman Belanda di Nusantara.

Novel yang ditulis oleh Douwes Dekker tersebut berjudul Max Havelaar,

Max Havelaar adalah novel karya Multatuli (nama pena dari Eduard Douwes Dekker), yang terbit pada tahun 1860.

Novel ini merupakan kritik tajam terhadap kebijakan kolonial Belanda di Hindia Belanda (sekarang Indonesia), khususnya sistem tanam paksa yang mengeksploitasi rakyat pribumi.

Novel ini juga mengungkapkan pengalaman pribadi penulis sebagai seorang pegawai pemerintah yang berusaha membela kepentingan rakyat, tetapi dihalang-halangi oleh birokrasi dan korupsi.

Novel ini memiliki struktur bingkai, yaitu cerita dalam cerita.

Cerita utama adalah tentang seorang makelar kopi di Amsterdam bernama Batavus Droogstoppel, yang mendapatkan sebuah naskah dari seorang pengemis yang dulu pernah bekerja di Hindia Belanda.

Naskah itu berisi kisah hidup Max Havelaar, seorang asisten residen di Lebak, yang berkonflik dengan bupati setempat karena menolak mengikuti praktik pemerasan terhadap rakyat.

Max Havelaar juga menceritakan tentang cinta segitiganya dengan istrinya Tine dan sahabatnya Verbrugge.

Serta di dalamnya ada kisah tentang seorang pangeran Jawa bernama Saidjah, yang menjadi korban ketidakadilan kolonial.

Baca Juga: Jenderal Sudirman Pemersatu Laskar Rakyat, Tak Heran Digelari Panglima Besar

Novel ini memiliki gaya penulisan yang inovatif dan bervariasi, dengan menggunakan ironi, sarkasme, humor, puisi, dialog, dan pidato.

Novel ini juga menunjukkan pengetahuan penulis tentang sejarah, budaya, dan bahasa Jawa.

Kemudian, novel ini dianggap sebagai salah satu karya sastra Belanda yang terpenting dan paling berpengaruh.

Karena mempengaruhi perubahan kebijakan kolonial Belanda dan membangkitkan kesadaran nasionalisme Indonesia.

Novel ini juga mendapat penghargaan dari para sastrawan dunia, seperti Thomas Mann, Ernest Hemingway, dan Pramoedya Ananta Toer.

Novel Max Havelaar tidak hanya menggambarkan realitas sosial dan politik Hindia Belanda pada abad ke-19.

Tetapi juga mengandung pesan moral dan filosofis tentang kemanusiaan, keadilan, dan kebenaran.

Novel ini juga merupakan bentuk protes penulis terhadap perlakuan buruk yang ia terima dari pemerintah kolonial,

Hal itulah yang membuatnya mengundurkan diri dari jabatannya.

Juga merupakan upaya penulis untuk merehabilitasi nama baiknya di mata masyarakat Belanda.

Novel Max Havelaar telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, termasuk bahasa Indonesia. Novel ini juga telah diadaptasi ke dalam bentuk drama, film, opera, dan komik.

Baca Juga: Soal Sejarah Kelas X: Perhatikan Linimasa Di Bawah Ini, Temukan Jawaban Yang Tidak Benar

Kemudian, juga menjadi inspirasi bagi gerakan perdagangan adil (fair trade), yang bertujuan untuk memberikan harga yang wajar bagi petani kopi di negara-negara berkembang.

Novel ini juga menjadi salah satu simbol perlawanan terhadap penjajahan dan penindasan di seluruh dunia.

Artikel Terkait