Kali ini ia menunjuk Tumenggung Singaranu sebagai panglima pasukan Mataram.
Ia juga mengirimkan bantuan dari Sunda yang dipimpin oleh Dipati Ukur.
Serangan ketiga ini juga tidak berhasil. Pasukan Mataram mengalami kesulitan dalam mendapatkan persediaan makanan dan air.
VOC juga memperkuat pertahanannya dengan meriam-meriam yang mematikan.
Salah satunya adalah meriam tinja, yang menggunakan kotoran manusia dan hewan sebagai peluru pasukan VOC.
Meriam ini dapat menyebabkan infeksi dan penyakit bagi yang terkena.
Pasukan Mataram akhirnya mundur dengan keadaan lemah dan sakit-sakitan. Banyak yang meninggal dalam perjalanan pulang.
Sultan Agung pun harus mengakui kegagalannya dalam menaklukkan Batavia.
Ia kemudian mengalihkan perhatiannya ke daerah lain, seperti Banten, Cirebon, dan Madura.
Kisah perjuangan Mandurareja dan Upa Santa menjadi saksi dari kegigihan dan patriotisme rakyat Mataram dalam melawan penjajah VOC.
Mereka rela berkorban jiwa dan raga demi cita-cita Sultan Agung untuk mempersatukan seluruh tanah Jawa.
Namun, mereka juga menjadi korban dari keserakahan dan kesombongan VOC yang ingin menguasai perdagangan di Nusantara.
*Artikel ini dibuat dengan bantuan Ai
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR