Kisah Presiden Soekarno Butuh Uang untuk Zakat Fitrah, Sampai Rela Lelang Peci Kuda Mas

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Ilustrasi - Presiden Soekarno.
Ilustrasi - Presiden Soekarno.

Intisari-online.com - Peci adalah salah satu simbol nasionalisme Indonesia yang dipopulerkan oleh Presiden RI pertama, Soekarno.

Dalam otobiografinya, Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, Soekarno menyebut peci sebagai "ciri khas saya. simbol nasionalisme kami."

Soekarno sering memakai peci merek Kuda Mas yang diproduksi oleh Anang Tayib, seorang pengusaha asal Gresik yang merupakan keponakan dari Roeslan Abdulgani, mantan Menteri Luar Negeri.

Namun, ada sebuah kisah yang mengharukan tentang Soekarno dan peci Kuda Mas.

Kisah ini dikisahkan oleh Roeslan Abdulgani dalam buku Suka Duka Fatmawati Sukarno karya Kadjat Adra’i.

Kisah ini terjadi menjelang Lebaran di tahun 1950-an. Saat itu, Soekarno tidak memiliki uang untuk membayar zakat fitrah.

Ia pun meminta bantuan kepada Roeslan Abdulgani untuk meminjam uang.

Roeslan Abdulgani punya ide untuk melelang peci bekas Soekarno yang pasti diminati banyak orang.

Ia pun meminta satu peci dari Soekarno untuk dilelang. Soekarno menyerahkan pecinya tanpa tahu berapa harga yang akan didapat.

Roeslan Abdulgani kemudian menyerahkan peci itu kepada Anang Tayib untuk dilelang.

Anang Tayib pun melaksanakan lelang dengan cara yang cerdik. Ia tidak hanya melelang satu peci, tetapi tiga peci sekaligus.

Baca Juga: Selalu Tampil Necis dan Parlente, Selain Sebagai Simbol Perjuangan, Ada Alasan Khusus Ini Mengapa Bung Karno Pakai Peci Selalu Miring

Dua peci lainnya adalah peci baru yang sengaja dibuat jelek dengan cara diludahi, dibasahi, dan diberi minyak agar terlihat bekas dipakai.

Anang Tayib mengatakan kepada para peserta lelang bahwa hanya ada satu peci yang asli pernah dipakai oleh Soekarno, tetapi ia tidak tahu mana yang asli.

Ia pun bertanya apakah mereka ikhlas atau tidak.

Para peserta lelang ternyata banyak yang ikhlas dan berlomba-lomba untuk mendapatkan peci bekas Soekarno.

Mereka berasal dari kalangan pengusaha dari Gresik dan Surabaya.

Dalam waktu singkat, terkumpul uang sepuluh juta rupiah dari lelang tiga peci tersebut. Jumlah ini sangat besar pada saat itu.

Uang hasil lelang segera diserahkan kepada Roeslan Abdulgani yang kemudian memberikannya kepada Soekarno.

Soekarno pun bisa membayar zakat fitrah dan merayakan Lebaran dengan tenang. Ia juga mendapat dua peci baru dari Anang Tayib sebagai hadiah.

Kisah ini menunjukkan betapa sederhana dan jujurnya Soekarno sebagai presiden pertama Indonesia.

Ia tidak malu untuk mengakui bahwa ia tidak punya uang dan meminta bantuan kepada sahabatnya. Ia juga rela melelang barang berharga miliknya demi memenuhi kewajiban agama.

Kisah ini juga menunjukkan betapa besar rasa hormat dan cinta rakyat Indonesia kepada Soekarno.

Baca Juga: Tujuan Para Pemuda Memilih Memakai Peci dan Mengganti Ikat Kepala Kedaerahan pada Sumpah Pemuda 1928

Mereka bersedia membayar mahal untuk mendapatkan peci yang pernah dipakai oleh sang proklamator.

Mereka juga ikhlas dan tidak peduli apakah peci yang mereka dapatkan asli atau palsu.

Peci Kuda Mas menjadi saksi bisu dari kisah pilu dan mengharukan antara Soekarno dan rakyatnya.

Peci itu juga menjadi simbol dari nasionalisme dan kepribadian Indonesia yang dibangun oleh Soekarno.

Tidak hanya Soekarno yang mendapat manfaat dari lelang peci Kuda Mas. Anang Tayib juga merasakan keuntungan dari usahanya.

Peci Kuda Mas menjadi semakin terkenal dan dicari oleh banyak orang. Anang Tayib pun bisa mengembangkan bisnisnya dan membuka cabang di Jakarta.

Peci Kuda Mas juga menjadi salah satu ciri khas dari Soekarno. Ia sering memakainya dalam berbagai kesempatan, baik dalam negeri maupun luar negeri.

Peci Kuda Mas menjadi saksi bisu dari perjuangan dan prestasi Soekarno sebagai presiden pertama Indonesia.

Salah satu momen bersejarah yang melibatkan peci Kuda Mas adalah saat Soekarno menyampaikan pidato di Sidang Umum PBB di New York pada 30 September 1960.

Dalam pidato yang berjudul "To Build The World Anew", Soekarno mengecam imperialisme dan kolonialisme serta menyerukan perdamaian dan persatuan dunia.

Dalam pidato tersebut, Soekarno mengenakan peci Kuda Mas yang menjadi kontras dengan pakaian resmi para diplomat lainnya.

Peci Kuda Mas menjadi simbol dari identitas dan kebanggaan Soekarno sebagai orang Indonesia.

Pidato Soekarno pun mendapat sambutan hangat dan tepuk tangan meriah dari para peserta sidang.

Peci Kuda Mas juga menjadi salah satu barang koleksi yang disimpan di Museum Bung Karno di Blitar, Jawa Timur.

Di sana, terdapat beberapa peci Kuda Mas yang pernah dipakai oleh Soekarno dalam berbagai kesempatan.

Peci Kuda Mas menjadi salah satu bukti dari warisan sejarah dan budaya yang ditinggalkan oleh Soekarno.

*Artikel ini dibuat dengan bantuan Ai

Artikel Terkait