Pada tahun 2013, terjadi sebuah insiden yang diduga melibatkan Orang Gadang. Sebuah kelompok monyet liar menyerbu sebuah desa di Sulawesi Selatan dan melukai tujuh orang.
Beberapa saksi mata mengatakan bahwa monyet-monyet tersebut memiliki tinggi empat hingga lima kaki, berdiri tegak seperti manusia, dan tidak memiliki ekor seperti kera.
Apakah Orang Gadang Benar-benar Ada?
Hingga saat ini, belum ada bukti ilmiah yang dapat membuktikan keberadaan Orang Gadang.
Beberapa ahli mengatakan bahwa kemungkinan besar Orang Gadang hanyalah sebuah legenda atau mitos yang berkembang di masyarakat Sumatra.
Ada juga yang berpendapat bahwa Orang Gadang mungkin merupakan hasil salah pengertian atau salah identifikasi terhadap hewan-hewan yang hidup di hutan Sumatra, seperti orang utan, beruang madu, atau kera besar.
Meskipun demikian, ada juga beberapa orang yang percaya bahwa Orang Gadang benar-benar ada dan merupakan spesies kriptid yang belum terungkap oleh ilmu pengetahuan.
Mereka berpendapat bahwa Orang Gadang mungkin merupakan kerabat jauh dari manusia atau primata lain yang telah berevolusi secara terpisah.
Mereka juga mengklaim bahwa Orang Gadang memiliki kecerdasan dan kemampuan beradaptasi yang tinggi, sehingga dapat menghindari kontak dengan manusia.
Baca Juga: Fakta Lembuswana, Hewan Mitologi yang Menjadi Simbol Kerajaan Kutai
Catatan
Belakangan Orang Gadang dianggap tidak bisa digolongkan sebagai makhluk mitologi seperti Garuda atau Leak.
Mereka lebih dianggap sebagai makhluk cryptid, yaitu suatu makhluk yang berasal dari desas-desus atau cerita rakyat.
Ada pula yang mengartikan cryptid sebagai makhluk atau tanaman yang diyakini ada namun belum diakui oleh konsensus ilmiah.
Berbeda dengan makhluk mitologi yang sering kali muncul dalam cerita masyarakat tanpa pernah ada bukti fisiknya, makhluk cryptid justru pernah, atau setidaknya diklaim pernah, meninggalkan jejak.
Jejak yang dimaksud bisa dalam bentuk foto/video, meski tidak jelas, atau bisa saja dalam bentuk jejak kaki.
Untuk Orang Gadang, "bukti fisiknya" diklaim sejumlah pihak ada dalam bentuk foto dan jejak kaki.
Namun, tentu saja "bukti" tersebut, setidaknya hingga saat ini, masih dianggap sebatas klaim.
KOMENTAR