Ia kemudian menggalang dukungan dari para ulama, bangsawan, dan rakyat untuk melawan Belanda.
Perang ini berlangsung selama lima tahun dengan berbagai strategi dan taktik perang gerilya yang dilakukan oleh pasukan Pangeran Diponegoro.
Perang ini menelan korban jiwa yang sangat banyak, baik dari pihak Belanda maupun pihak Jawa.
Perang ini juga menguras keuangan Belanda dan mengganggu perdagangan mereka di Jawa.
Pengkhianatan Kekasih
Salah satu kisah tragis yang dialami oleh Pangeran Diponegoro adalah pengkhianatan yang dilakukan oleh salah satu kekasihnya, yaitu R.A. Retnaningsih.
Ia adalah putri dari Raden Tumenggung Sumoprawiro, bupati Jipang Kepadhangan, yang merupakan salah satu sekutu Belanda.
R.A. Retnaningsih menjadi mata-mata Belanda dan memberikan informasi tentang gerakan dan rencana Pangeran Diponegoro kepada ayahnya.
Ia juga membujuk Pangeran Diponegoro untuk mau berunding dengan Belanda di Magelang pada tahun 1830 dengan janji bahwa ia akan diberi wilayah kekuasaan sendiri dan dihormati sebagai penguasa Jawa.
Namun, ternyata itu adalah jebakan Belanda untuk menangkap Pangeran Diponegoro. Ketika Pangeran Diponegoro tiba di Magelang, ia disambut oleh pasukan Belanda yang bersenjata lengkap dan ditahan di rumah Residen De Kock.
Ia kemudian dibawa ke Batavia dan diasingkan ke Makassar, Sulawesi Selatan, hingga akhir hayatnya pada tanggal 8 Januari 1855.
Dengan tertangkapnya Pangeran Diponegoro, perlawanan rakyat Jawa terhadap Belanda terhadap Belanda pun meredup dan akhirnya berakhir.
Perang Diponegoro menjadi perang yang paling lama dan paling sengit dalam sejarah Indonesia.
Pangeran Diponegoro sendiri diakui sebagai pahlawan nasional Indonesia yang berjuang demi kemerdekaan dan keadilan bagi rakyatnya.
KOMENTAR