Berkembang Pesat di Nusantara, Begini Strategi Dakwah Pedagang Islam Sebarkan Agama Islam di Nusantara

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Ilustrasi - Sejarah Masuknya Islam di Nusantara dan Perkembangannya.
Ilustrasi - Sejarah Masuknya Islam di Nusantara dan Perkembangannya.

Intisari-online.com - Islam adalah agama yang pertama kali masuk ke nusantara melalui jalur perdagangan.

Para pedagang Muslim dari Arab, Persia, Gujarat, dan Cina telah berperan besar dalam menyampaikan ajaran Islam kepada masyarakat lokal di berbagai wilayah nusantara.

Mereka tidak hanya menjual barang-barang dagangan, tetapi juga menunjukkan akhlak dan perilaku yang baik sebagai contoh bagi masyarakat setempat.

Dengan demikian, mereka berhasil menarik simpati dan minat masyarakat untuk memeluk agama Islam.

Salah satu wilayah yang menjadi pusat perdagangan dan penyebaran Islam di nusantara adalah Selat Malaka.

Selat Malaka merupakan jalur pelayaran penting yang menghubungkan Asia Barat dengan Asia Timur.

Banyak pedagang Muslim yang singgah di pelabuhan-pelabuhan di sekitar Selat Malaka, seperti Peureulak, Lamno, Barus, Padang, Banten, Cirebon, Demak, Jepara, Tuban, Gresik, Ampel, Makasar, Ternate, dan Tidore.

Di sana mereka berinteraksi dengan masyarakat lokal yang mayoritas beragama Hindu-Buddha.

Para pedagang Muslim menggunakan berbagai strategi dalam menyebarkan Islam di nusantara.

Salah satunya adalah dengan menikahi putri-putri dari raja-raja atau bangsawan setempat.

Hal ini dilakukan untuk mempererat hubungan dagang dan politik, sekaligus untuk mengajarkan Islam kepada keluarga kerajaan dan masyarakat sekitarnya.

Baca Juga: Kisah Heroik Perlawanan Mataram Islam terhadap VOC, Cikal Bakal Kemerdekaan Indonesia?

Contohnya adalah Raden Patah yang merupakan putra dari seorang pedagang Muslim dari Gujarat dengan putri dari raja Majapahit.

Raden Patah kemudian mendirikan Kerajaan Demak yang menjadi kerajaan Islam pertama di Jawa.

Strategi lain yang digunakan oleh para pedagang Muslim adalah dengan mendirikan pesantren atau pondok pesantren sebagai tempat belajar mengaji dan mengkaji ajaran Islam.

Pesantren juga menjadi tempat bermukim bagi para pedagang Muslim yang ingin menetap di nusantara.

Di pesantren, mereka mengajarkan ilmu-ilmu agama Islam seperti tauhid, fikih, tasawuf, tafsir, hadis, bahasa Arab, dan lain-lain.

Mereka juga mengajarkan ilmu-ilmu dunia seperti matematika, astronomi, kedokteran, sastra, seni, dan lain-lain.

Para santri yang lulus dari pesantren kemudian menjadi ulama atau kyai yang menjadi pemimpin dan penasehat bagi masyarakat.

Strategi lain yang digunakan oleh para pedagang Muslim adalah dengan mengadakan dakwah atau ceramah tentang ajaran Islam di tempat-tempat umum seperti pasar, masjid, atau rumah-rumah penduduk.

Mereka menggunakan bahasa dan budaya lokal untuk menyampaikan pesan-pesan Islam secara mudah dan menarik.

Mereka juga menghormati kepercayaan dan adat istiadat setempat yang tidak bertentangan dengan Islam.

Mereka tidak memaksakan orang untuk masuk Islam, tetapi memberikan pilihan dan kebebasan kepada mereka.

Baca Juga: Sampai Dijuluki 'Teman Israel dari Dunia Islam' oleh Media Israel, Gus Dur Ternyata Pegang Rekor Ini Selama Jadi Presiden

Dengan strategi-strategi tersebut, para pedagang Muslim berhasil menyebarkan Islam di nusantara secara damai dan harmonis.

Mereka tidak hanya membawa agama baru, tetapi juga membawa peradaban baru yang lebih maju dan berkembang.

Mereka juga berkontribusi dalam membentuk identitas dan karakter bangsa Indonesia yang beragam namun bersatu dalam bingkai Islam.

Artikel Terkait