Intisari-online.com - Sriwijaya adalah salah satu kerajaan terbesar dan terkaya yang pernah ada di Nusantara.
Kerajaan ini berdiri pada abad ke-7 Masehi dengan pendirinya yang bernama Dapunta Hyang Sri Jayanasa.
Sriwijaya berpusat di Palembang, Sumatera Selatan, dan menguasai wilayah yang luas di Asia Tenggara.
Termasuk Kamboja, Thailand Selatan, Semenanjung Malaya, Sumatera, dan sebagian Jawa2.
Salah satu faktor yang membuat Sriwijaya menjadi kerajaan yang makmur dan berpengaruh adalah penguasaannya atas jalur perdagangan maritim di Selat Malaka.
Selat Malaka adalah perairan yang memisahkan Sumatera dengan Semenanjung Malaya.
Menjadi jalur utama bagi para pedagang dari India, China, Arab, dan negara-negara lain untuk menuju ke Nusantara atau sebaliknya.
Selat Malaka juga merupakan bagian dari Jalur Sutera Maritim, yaitu jalur perdagangan internasional yang menghubungkan China dengan India, Timur Tengah, dan Eropa.
Dengan mengendalikan Selat Malaka, Sriwijaya dapat mengambil keuntungan dari perdagangan rempah-rempah, emas, perak, sutera, porselen, kain, dan barang-barang lain yang lalu lalang di perairan tersebut.
Sriwijaya juga dapat menetapkan pajak atau upeti bagi setiap kapal yang melewati wilayahnya.
Selain itu, Sriwijaya juga dapat memperluas pengaruhnya ke daerah-daerah lain melalui hubungan dagang dan diplomasi.
Baca Juga: 7 Bukti Prasasti Peninggalan Kerajaan Sriwijaya, Yuk Simak Berikut
Sriwijaya tidak hanya dikenal sebagai kerajaan maritim yang kuat dan kaya, tetapi juga sebagai pusat agama Buddha di Asia.
Sriwijaya menganut aliran Buddha Mahayana dan Vajrayana yang dipengaruhi oleh India.
Sriwijaya juga menjadi tempat belajar bagi para biksu dan cendekiawan Buddha dari berbagai negara.
Salah satu biksu terkenal yang pernah belajar di Sriwijaya adalah I Tsing dari China, yang menulis catatan-catatan tentang kehidupan agama dan budaya di Sriwijaya pada abad ke-7.
Sriwijaya juga meninggalkan banyak peninggalan budaya yang menunjukkan kemajuan dan kecemerlangannya.
Beberapa peninggalan tersebut antara lain adalah prasasti-prasasti yang ditulis dalam bahasa Melayu Kuno dan aksara Pallawa atau Kawi.
Seperti koin-koin emas dan perak yang bertuliskan nama raja-raja Sriwijaya, seni ukir kayu dan batu yang menggambarkan motif-motif Buddha, serta arsitektur candi-candi yang bercorak Buddha.
Beberapa contoh candi yang didirikan oleh Sriwijaya adalah Candi Muaro Jambi di Jambi, Candi Muara Takus di Riau, Candi Biaro Bahal di Sumatera Utara, dan Candi Borobudur di Jawa Tengah.
Sriwijaya merupakan kerajaan maritim yang memiliki peranan penting dalam sejarah Nusantara dan Asia Tenggara.
Kerajaan ini berhasil mengontrol perdagangan di Selat Malaka dan mempengaruhi perkembangan agama, budaya, bahasa, dan sastra di wilayahnya.
Sriwijaya juga menjadi saksi dari dinamika politik dan ekonomi di kawasan tersebut selama beberapaabad.
Baca Juga: Termasuk Jejak Kerajaan Sriwijaya, Inilah 5 Tempat Bersejarah di Palembang
Namun, kejayaan Sriwijaya tidak bertahan selamanya. Kerajaan ini mengalami kemunduran dan akhirnya runtuh pada abad ke-13 karena berbagai faktor.
Seperti persaingan dengan kerajaan-kerajaan lain, serangan dari Kerajaan Chola dari India Selatan, perubahan jalur perdagangan, dan bencana alam.
Meskipun demikian, Sriwijaya tetap menjadi salah satu kerajaan yang patut dibanggakan oleh bangsa Indonesia.
Sriwijaya menunjukkan bahwa Indonesia memiliki potensi untuk menjadi negara maritim yang unggul dan berperan aktif dalam kancah internasional.
Sriwijaya juga menunjukkan bahwa Indonesia memiliki warisan budaya yang kaya dan beragam yang harus dilestarikan dan dikembangkan.