Potongan gunung tersebut diberi nama Gunung Pawitra yang kini dikenal sebagai Gunung Penanggungan.
Gunung Mahameru yang menjadi paku Pulau Jawa inilah yang kemudian disebut sebagai Gunung Semeru.
Nama Semeru berasal dari kata Sumeru, yang merupakan nama lain dari Gunung Mahameru dalam mitologi Hindu-Buddha.
Dalam kepercayaan masyarakat Bali, Gunung Semeru diyakini adalah napak dari Gunung Agung yang ada di Bali1.
Sejarah Pendakian dan Letusan Gunung Semeru
Gunung Semeru merupakan salah satu gunung berapi aktif di Indonesia. Letusan pertama kali tercatat pada 8 November 1818.
Berpuluh-puluh aktivitas letusan kemudian berlanjut hingga saat ini. Letusan terakhir terjadi pada akhir 2020 hingga Januari 2021.
Letusan Gunung Semeru biasanya ditandai dengan awan panas dan lontaran material vulkanik yang mencapai ketinggian hingga 600 meter.
Pendaki pertama yang berhasil mencapai puncak Gunung Semeru adalah ahli geologi dari Belanda bernama Clignet pada tahun 1838. Dia mendaki dari arah barat daya melalui pintu Widodaren.
Selanjutnya, pada tahun 1911 Van Gogh dan Heim juga mendaki, tapi melalui lereng utara. Pada tahun 1945, ada seorang ahli botani Belanda yang mendaki melalui jalur utara, yaitu Ayek-ayek, Inder-inder, dan Kepolo.
Pasca pendakian pada tahun 1945 tersebut, pendakian ke Gunung Semeru pada umumnya dilakukan dari arah utara melalui Ranu Pani dan Ranu Kumbolo, seperti yang dilakukan saat ini.
KOMENTAR