Intisari-Online.com -Salah satu seni pertunjukan tradisional asli Indonesia yang berasal dan berkembang pesat di pulau Jawa dan Bali adalah wayang.
Wayang memiliki sejarah yang panjang dan makna yang mendalam bagi masyarakat Jawa khususnya.
Lalu, apa alasan orang Jawa suka dengan wayang?
Sejarah Wayang
Wayang berasal dari kata "Ma Hyang" yang artinya menuju kepada roh spiritual, dewa, atau Tuhan Yang Maha Esa.
Ada juga yang mengartikan wayang sebagai bayangan, karena penonton bisa melihat wayang dari belakang kelir atau hanya bayangannya saja.
Sejarah wayang di Indonesia tidak bisa dipisahkan dari pengaruh agama Hindu-Buddha yang masuk sejak abad ke-4 Masehi.
Beberapa naskah kuno seperti Kakawin Ramayana dan Arjunawiwaha menyebutkan tentang pertunjukan wayang sebagai bagian dari upacara keagamaan.
Selain itu, beberapa relief candi seperti Candi Borobudur dan Candi Prambanan juga menggambarkan adegan-adegan wayang.
Wayang terus berkembang seiring dengan perubahan zaman dan budaya. Pada masa penyebaran Islam di Jawa, wayang menjadi salah satu media dakwah oleh para wali songo.
Baca Juga: 11 Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno, Termasuk Candi 'Para Wayang'
Salah satu tokoh penting dalam sejarah wayang adalah Sunan Kalijaga, yang diyakini sebagai pencipta wayang kulit.
Sunan Kalijaga mengubah bahan wayang dari kertas menjadi kulit untuk menghindari larangan melukis dalam Islam. Ia juga menambahkan unsur-unsur lokal seperti gamelan, sinden, humor, dan bahasa Jawa dalam pertunjukan wayang.
Pada masa kolonial Belanda, wayang menjadi salah satu bentuk perlawanan rakyat terhadap penjajahan.
Dilansir dari kompas.com, Jumat (24/3/2023), beberapa dalang terkenal seperti Ki Nartosabdho dan Ki Anom Suroto menggunakan lakon-lakon carangan (gubahan) untuk menyindir pemerintah kolonial.
masa kemerdekaan Indonesia, wayang tetap eksis sebagai seni pertunjukan yang populer di kalangan rakyat. Bahkan Presiden Soekarno pernah menonton pertunjukan wayang kulit selama 9 jam tanpa henti.
Pada tahun 2003, UNESCO menetapkan wayang sebagai Warisan Budaya Tak Benda Dunia dalam bidang cerita narasi dan warisan indah dan berharga.
Makna Wayang
Wayang tidak hanya memiliki nilai seni yang tinggi, tetapi juga memiliki makna filosofis dan simbolis yang mendalam. Menurut Indonesia Hebat, wayang secara filosofi berarti wewayanganing ngaurip (gambaran kehidupan di dunia).
Selain itu, wayang juga memberikan gambaran kehidupan manusia dengan segala permasalahan dan tantangan. Selain menyimpan makna estetika, wayang memberi tafsir kehidupan masyarakat Jawa.
Sementara itu, menurut filsafatwayang.filsafat.ugm.ac.id, setiap unsur dalam pertunjukan wayang memiliki makna simbolik, antara lain:
- Blencong: lampu yang digantung di atas kepala dalang untuk memberikan pencahayaan pada kelir. Blencong bermakna sebagai cahaya kehidupan atau matahari bagi dunia.
Baca Juga: Fakta Sunan Kalijaga, Gunakan Wayang Sebagai Media Dakwah
- Kelir: layar putih yang menjadi media bayangan wayang. Kelir bermakna sebagai alam semesta atau jagad raya.
- Dalang: pengendali wayang sekaligus narator cerita. Dalang bermakna sebagai Tuhan Yang Maha Kuasa atau Sang Hyang Wenang.
- Wiraswara: pembantu dalang yang bertugas mengatur peralatan pertunjukan. Wiraswara bermakna sebagai para dewa penolong atau Bhatara-Bhatari.
- Sinden: penyanyi lagu-lagu dalam pertunjukan wayang. Sinden bermakna sebagai para bidadari penghibur atau Apsari-Apsari.
- Wiyaga: pemain gamelan yang mengiringi pertunjukan wayang. Wiyaga bermakna sebagai para dewa pelindung atau Lokapala-Lokapali.
- Gamelan: alat musik tradisional yang menghasilkan bunyi-bunyian harmonis. Gamelan bermakna sebagai suara-suara alam atau Sabda Brahman.
- Wayang: boneka kulit yang menjadi tokoh-tokoh cerita. Wayang bermakna sebagai manusia-manusia di dunia.
Mengapa Orang Jawa Suka dengan Wayang?
Merujuk UIN Sunan Kalijaga, bagi masyarakat Jawa, wayang tidak saja merupakan kesenian yang dapat menghibur hati para penontonnya, akan tetapi juga mampu menjadi pengisi hati.
Dunia pewayangan dianggap sebagai lambang dari keberadaan manusia di alam ini. Karena lakon-lakon yang dipagelarkan dalam sebuah pertunjukan wayang, sering begitu dekat dengan alam kenyataan.
Wayang juga memiliki makna filosofis dan simbolis yang mendalam. Kompasiana menjelaskan bahwa setiap unsur dalam pertunjukan wayang memiliki makna simbolik, seperti blencong sebagai cahaya kehidupan atau matahari bagi dunia, kelir sebagai alam semesta atau jagad raya, dalag sebagai Tuhan Yang Maha Kuasa atau Sang Hyag Wenag, dan wayang sebagai manusia-manusia di dunia.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa orang Jawa suka dengan wayang karena wayang memiliki nilai-nilai sejarah, budaya, agama, moral, estetika, filosofis, dan simbolis yang tinggi.
Wayang bukan hanya sekadar hiburan semata, tetapi juga sarana pendidikan karakter bangsa.
Baca Juga: Bagaimana Cara Dakwah Sunan Kalijaga? Beginilah Cara Dakwah Beliau