Intisari - Online.com -Sunan Kalijaga adalah salah satu anggota Wali Songo yang sangat disegani, lantas bagaimana cara dakwah Sunan Kalijaga?
Namanya cukup terkenal di banyak tempat yang tersebar di wilayah Pulau Jawa bagian tengah.
Melansir dari Uny.ac.id, di antara para anggota Wali Songo, Sunan Kalijaga ditugaskan untuk melakukan dakwah kepada para penganut kepercayaan lama.
Dalam menyebarkan ajaran Islam, dia selalu menggunakan pakaian adat Jawa setiap hari dengan menggabungkan unsur Islam.
Hal ini dilakukan agar masyarakat mampu menerima kehadirannya di tengah-tengah mereka.
Namun, bagaimana cara dakwah Sunan Kalijaga?
Beginilah cara dakwah Sunan Kalijaga.
Kami akan mengulas bagaimana cara dakwah Sunan Kalijaga, simak selengkapnya.
Baca Juga: Apa Inti Ajaran yang Disampaikan Oleh Sunan Bonang? Ini Dia
Baca Juga: Inilah Kenapa Dakwah Sunan Ampel Mudah Diterima Oleh Penduduk Pulau Jawa
Sunan Kalijaga juga menggunakan media dakwah dalam menyebarkan ajarannya.
Apa saja media dakwah itu? Berikut selengkapnya:
Wayang
Sunan Kalijaga menggunakan wayang sebagai salah satu media dakwahnya.
Waktu itu, kesenian wayang memang digemari masyarakat.
Dia pun berkeliling di wilayah Padjajaran dan Majapahit untuk menjadi dalang.
Apabila masyarakat ingin Sunan Kalijaga mengadakan pertunjukan wayang, dia tidak meminta masyarakat untuk memungut biaya apapun, selain mengucapkan dua kalimat syahadat.
Di dalam kesenian wayang inilah, Sunan Kalijaga mengajarkan nilai-nilai tasawuf.
Baca Juga: Inilah yang Menjadi Penyebab Keberhasilan Sunan Gunung Jati Dalam Berdakwah, Apa Saja?
Dia juga memunculkan ajaran Islam lewat tokoh-tokoh Yudistira dan Bima.
Grebeg dan Sekaten
Dalam menyebarkan ajaran Islam, Sunan Kalijaga juga menggelar semacam perayaan yang dalam bahasa Jawa dikenal dengan istilah “grebeg”.
Di dalamnya terdapat tradisi Sekaten yang berasal dari kata “sekati” yang berarti “nama dua alat gamelan”.
Ide untuk menggabungkan kebudayaan grebeg dengan sekaten muncul saat Sunan Kalijaga mencoba mengajak masyarakat ke masjid yang saat itu bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Selain menggelar musik gamelan dan tari-tarian, waktu itu Sunan Kalijaga juga mengajak masyarakat menghiasi kompleks masjid.
Awalnya masyarakat malu untuk datang, tapi perlahan-lahan mereka berdatangan melewati gapura dan dituntun mengucapkan dua kalimat syahadat.
Gamelan
Melansir dari Uny.ac.id, gamelan digunakan sebagai media dakwah oleh Sunan Kalijaga ketika pertunjukan dan acara lainnya.
Dalam pertunjukan, ketukan gamelan ia ciptakan sendiri agar diterima masyarakat.
Selain itu gamelan dimanfaatkan untuk mengundang masyarakat datang ke masjid.
Alat musik tradisional itu juga digunakan saat acara Grobeg dan Sekaten untuk bertujuan demi mendapatkan perhatian masyarakat.
Selain menggunakan gamelan, Sunan Kalijaga juga menggunakan tembang sebagai sarana menyebarkan dakwah Islamnya.
Tembang yang diciptakan Sunan Kalijaga antara lain Tembang Rumekso Ing Wengi dan Ilir-Ilir.
Tembang Rumekso Ing Wengi berisi tentang doa saat malam hari setelah melakukan salat tahajjud.
Tembang ini disusun Sunan Kalijaga karena waktu itu masyarakat Jawa masih kesulitan dalam menghafal doa berbahasa Arab.
Selain itu, terdapat pula Tembang Ilir-Ilir dan Gundul-Gundul Pacul yang berisi tentang nasihat-nasihat kehidupan.