Menurut Wahyudi (2003) dalam kajiannya mengenai Pernyaian dalam Kesastraan Melayu Tionghoa, ia membagi tiga kepribadian nyai dalam beberapa kategori:
a. Nyai Setia.
Nyai setia adalah nyai yang setia kepada Tuannya sampai mati, contohnya Nyai Dasima.
b. Nyai Jahat.
Nyai jahat adalah nyai yang berani meracuni Tuannya, contohnya Nyai No-ie.
Nyai No-ie menikah dengan lelaki Eropa bernama L L Born di Semarang.
Nyai ini membunuh Born beberapa waktu setelah pernikahannya disahkan.
Nyai No-ie menyuruh pembunuh bayaran untuk membunuh Born karena sakit hati dan menghina dirinya sebagai perempuan.
c. Nyai Berani menuntut hak.
Nyai Berani Menuntut Hak adalah nyai yang berani melakukan pemberontakan atas hidupnya yaitu menuntut hak yang selama ini tidak diberikan oleh
majikannya. Contohnya, Nyai Sumirah.
Situasi ketidakadilan dan kesewenang-wenangan Belanda kepada perempuan pribumi memunculkan reaksi dari masyarakat.
Baca Juga: KNIL Punya Basis Militer Belanda di Gombong Bersama Gundik-gundiknya
Beberapa di antaranya tidak ditunjukkan secara terang-terangan.
Hanya segelintir orang terpelajar yang nekat akan keprihatinan mereka pada nyai.
Hal ini karena pemerintah Belanda begitu represif dan sewenang-wenang menanggapi isu apa pun
yang berkembang di masyarakat.
Baca Juga: KNIL Punya Basis Militer Belanda di Gombong Bersama Gundik-gundiknya
(*)
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Muflika Nur Fuaddah |
KOMENTAR