Omicron XBB.1.5 merupakan revolusi dari XBB dan pertama kali diidentifikasi di India pada Agustus 2022, tetapi belum diklasifikasikan sebagai "Variant of Concern (VOC)" oleh otoritas kesehatan.
Mutasi XBB mampu mengalahkan pertahanan kekebalan tubuh, tetapi kualitas yang sama ini juga mengurangi kemampuannya untuk menginfeksi sel manusia.
Profesor Wendy Barclay dari Imperial College London mengatakan XBB.1.5 memiliki mutasi yang dikenal sebagai F486P.
Mutasi ini mampu mengikat sel sambil terus menghindari kekebalan.
Itu membuatnya lebih mudah menyebar.
Dia mengatakan perubahan evolusioner ini seperti "batu loncatan", karena virus berevolusi untuk menemukan cara baru melewati mekanisme pertahanan tubuh.
Pada awal Desember 2022, XBB.1.5. hanya menyumbang 4 persen kasus, tetapi dengan tingkat infeksi yang ada sekarang, sub-varian ini menyalip Omicron versi lainnya.
Tingkat rawat inap di rumah sakit Covid juga telah meningkat dalam beberapa minggu terakhir di seluruh AS.
Sementara itu di Indonesia belum ditemukan sub-varian XBB.1.5.
Varian yang mendominasi di Indonesia saat ini adalah XBB dan BA.5, kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Siti Nadia Tarmizi.
"Masih terus dilakukan surveilans genomik dan juga kasus, dilakukan terus menerus," kata Nadia.
Baca Juga: Analisislah Kondisi Sinkronik (Keadaan Masyarakat Indonesia) pada Masa Itu Terhadap Perempuan!
Meskipun lonjakan kasus Covid terjadi di sejumlah negara, sebagiannya didorong oleh kemunculan sub-varian baru, Indonesia sudah tidak lagi mensyaratkan hasil tes Covid bagi pelaku perjalanan luar negeri (PPLN).
Baca Juga: Para Bintara KNIL Punya Kamar Sendiri dengan Gundiknya, Sementara Prajuritnya Mengenaskan
(*)
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Muflika Nur Fuaddah |
KOMENTAR