Di provinsi Kalimantan inilah pria kelahiran Tulungagung, Hindia Belanda, pada 17 Juli 1905 tersebut menancapkan peran besarnya.
Mantan tokoh Parindra (Partai Indonesia Raya) tersebut sukses melakukan beberapa perubahan besar di pulau kedua terbesar di Indonesia itu.
Dalam masa jabatannya antara tahun 1950 hingga 1953, dokter lulusan Stovia tahun 1932 ini memindahkan ibukota Provinsi Kalimantan dari Kota Banjarmasin.
Dilansir dari kemenkeu.go.id, Murdjani mengusulkan untuk merancang Gunung Apam sebagai ibukota baru Kalimantan dengan nantinya diberi nama Banjarbaru.
Latar belakang dirinya sebagai seorang dokter menjadi faktor utama dari usulan ini, sebab menurut Murdjani, kondisi lahan di Banjarmasin sudah tidak sehat secara lingkungan.
Mantan Bupati Indramayu tersebut kemudian meminta bantuan pada seorang perencana bernama Van der Pijl.
Hanya saja, rencana mulia Murdjani ternyata memicu pro dan kontra sehingga tidak bisa selesai di masa kepemimpinannya.
Meski demikian, rencana pemindahan ibukota tersebut tetap dilanjutkan oleh Gubernur Kalimantan berikutnya, Raden Tumenggung Arya Milono (1953-1957).
Cita-cita mulai Murdjani pun pada akhirnya baru benar-benar terealisasi melalui UU Nomor 8 Tahun 2022 yang menyatakan Ibu Kota Kalimantan Selatan berpindah dari Banjarmasin menjadi Banjarbaru.
Baca Juga: Ini Jawaban Puti Guntur Sukarno saat Masih Remaja Ketika Ditanya Soal Pemerintah Orde Baru
Seiring dengan jasa-jasanya untuk wilayah Kalimantan, nama Murdjani pun begitu sohor di pulau Borneo.
Tercatat, nama mantan Gubernur Jawa Timur tersebut diabadikan menjadi nama jalan di Kalimantan Timur tepatnya di Kabupaten Berau, menjadi nama rumah sakit di Kalimantan Tengah, serta menjadi nama lapangan di alun-alun Kota Banjarbaru.
Baca Juga: Pelantun 'Tidak Semua Laki-laki' dan Mantan Gubernur Jawa Timur Itu Telah Meninggal Dunia
KOMENTAR