Tekad Bajanya Picu Peristiwa 10 November, Gubernur Jawa Timur Ini Tewas di Tangan PKI

Muflika Nur Fuaddah
Muflika Nur Fuaddah

Editor

Ario Soerjo atau yang bernama lengkap Raden Mas Tumenggung Ario Soerjo adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia asal Magetan sekaligus mantan Gubernur Jawa Timur.
Ario Soerjo atau yang bernama lengkap Raden Mas Tumenggung Ario Soerjo adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia asal Magetan sekaligus mantan Gubernur Jawa Timur.

Intisari-Online.com - Pernahkah Anda mendengar atau mengetahui kisahArio Soerjo yang merupakan seorang Gubernur Jawa Timur?

Ario Soerjoatau yang bernama lengkap Raden Mas Tumenggung Ario Soerjo adalahGubernur Jawa Timur dan seorang Pahlawan Nasional Indonesia asal Magetan, Jawa Timur.

Setelah lulus dari OSVIA, Ario bekerja di kantor kontroller di Ngawi sebagai calon pegawai negeri.

Ario juga sempat menjalankan sekolah pendidikan polisi untuk kemudian menjadi seorang camat.

Setelah itu, Ario menjadi wedana atau pimpinan wilayah daerah tingkat II (kabupaten) di Pacitan.

Pada 1938, ia menjadi Bupati Magetan. Ario terkenal sangat memperhatikan rakyatnya melalui perbaikan jalan dan bendungan.

Saat kemerdekaan Indonesia, Ario Soerjo diangkat sebagai Gubernur Jawa Timur.

Revolusi Nasional Indonesia

Pada 25 Oktober 1945, Inggris telah mendarat di Surabaya di bawah kepemimpinan Mallaby.

Inggris menuntut agar orang Indonesia yang memiliki senjata menyerahkannya kepada Inggris.

Mereka juga menyita mobil-mobil preman Indonesia.

Baca Juga: Operasi Solomon 'Memulangkan' Warga Yahudi Serba-serbi Israel Lainnya

Mallaby meminta Ario datang ke kapal untuk berunding, namun permintaan tersebut ditolak olehnya.

Suryo pun membuat perjanjian gencatan senjata dengan komandan pasukan Inggris, Mallaby, pada 26 Oktober 1945.

Namun, tetap saja meletus pertempuran tiga hari di Surabaya, yaitu pada 28 sampai 30 Oktober.

Pertempuran ini membuat Inggris terdesak hingga Presiden Soekarno datang ke Surabaya untuk mendamaikan kedua belah pihak.

Komandan pasukan bernama Jenderal Mansergh mengultimatum rakyat Surabaya supaya menyerahkan semua senjata tanggal 9 November 1945.

Jika tidak, maka keesokan harinya, Surabaya akan dihancurkan.

Gubernur Suryo yang mengetahui hal tersebut dengan tegas mengatakan bahwa arek-arek Surabaya akan melawan ultimatum Inggris sampai darah penghabisan.

Maka pertempuran besar meledak antara rakyat Jawa Timur melawan Inggris di Surabaya yang dimulai pada 10 November 1945.

Tewas di Tangan PKI

PKI yang dipimpin Musso melakukan pemberontakan di Madiun pada 18 September 1948.

Awalnya PKI hanya berfokus untuk melakukan gerakan di Solo dan Madiun saja, namun mereka berhasil dipukul mundur oleh TNI hingga ke pelosok Jawa Timur.

Baca Juga: Jenderal Soeharto 'Bukan Pilihan', Terkuak Ini Alasan Soeharto Sama Sekali Tak Tersentuh Saat G 30 S PKI,

Pada November 1948 dalam gerakan mundur ini, mereka melakukan pembunuhan terhadap orang-orang yang dianggap feodal.

Salah satu yang menjadi korban adalah adik dari Soerjo bernama R.M. Sarjoeno yang merupakan Wedana Sepanjang (camat).

Pada 10 November 1948, Soerjo berangkat dari Yogyakarta menuju Madiun. Ia berniat untuk menghadiri peringatan 40 hari meninggal adiknya yang dibunuh oleh orang-orang PKI.

Suryo tiba sore hari di Surakarta danmelanjutkan perjalanannya ke Madiun pagi-pagi sekali menggunakan mobil.

Di tengah jalan, mobil yang ditumpangi Suryo berpapasan dengan sisa-sisa gerombolan PKI.

Suryo dan penumpang lainnya pun diperintahkan untuk turun dari mobil. Mereka dibawa ke hutan.

Di hutan inilah, Soerjo dan dua orang lainnya, Kolonel Polisi Duryat dan Mayor Polisi Suroko dihabisi oleh PKI.

Baca Juga: Biografi dan Kisah Pierre Tendean, Salah Satu Pahlawan Revolusi Korban Tragedi G30S PKI

(*)

Artikel Terkait