Ratusan prajurit tidur bersama gadis atau pembantu rumah tangga mereka di tempat tidur.
Bahkan tidak dipisahkan oleh tirai satu dengan lainnya.
Tanpa megindahkan kesopanan mereka bercinta, di hadapan para penghuni lain, tak ubahnya seperti seekor sapi, kuda.
Pada paruh kedua abad ke-19, praktik hidup bersama menjadi kehidupan baru dalam tangsi-tangsi di Hindia Belanda.
Mereka kadang berada dalam satu bangsal bersama seratus serdadu.
Para serdadu itu tidur dengan “gundik-gundiknya” di tempat tidur kayu tanpa tirai dan bersenggama “tanpa rasa kesopanan”.
Berbeda dengan serdadu yang berasal dari luar Hindia Belanda, serdadu pribumi yang masuk dalam tentara kolonial biasanya sudah menikah.
Mereka bahkan sudah menjadi kepala keluarga di usia muda.
Hal ini terjadi karena kebiasaan perjodohan di kalangan orang Jawa.
Baca Juga: Jika 'Babu' Cantik, Maka Ia Dijadikan Gundik oleh Majikan Eropanya
(*)
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Muflika Nur Fuaddah |
KOMENTAR