Mereka hanya bisa melanjutkan pekerjaan orang tuanya, bekerja dengan kematian dan semakin dikucilkan oleh masyarakat, atau menjadi penjahat.
Akibatnya, kejahatan tumbuh subur di Jepang setelah 1603.
Kios yang menjual barang curian mulai bermunculan di seluruh negeri, kebanyakan dijalankan oleh orang-orang dari kelas Burakumin.
Sementara itu, yang lain mendirikan tempat perjudian ilegal di kuil dan tempat suci yang terbengkalai.
Tak lama kemudian, tidak ada yang tahu persis kapan, penjaja dan penjudi mulai membentuk geng terorganisir mereka sendiri.
Geng akan melindungi toko penjual dengan imbalan uang perlindungan.
Di antara kelompok-kelompok itu, Yakuza pertama lahir.
Ini tidak hanya menguntungkan, tetapi juga membuat orang Burakumin dihormati.
Para pemimpin geng tersebut secara resmi diakui oleh penguasa Jepang, mendapat penghargaan, dan diizinkan membawa pedang.
Selama ini, Yakuza mendapat kehormatan menjadi anggota aristokrasi.
Namun, ironisnya, orang Burakumin yang pertama kali dihormati adalah karena mereka menjadi penjahat.
Baca Juga: Ini Pengaruh Pendudukan Jepang di Indonesia, Benarkah Lebih Kejam dari Belanda?
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR