Terjadi Tahun 1919, Boston Dibanjiri Molase Manis dan Lengket yang Akibatkan Korban Jiwa, Apa Penyebabnya?

K. Tatik Wardayati

Editor

Banjir molase tahun 1919
Banjir molase tahun 1919

Intisari-Online.com – Salah satu bencana nasional Amerika Serikat yang aneh dalam catatan, adalah ‘Banjir Molase Besar’, yang hampir menghancurkan ujung utara Boston pada tahun 1919.

Molase adalah zat manis dan lengket yang biasanya kita lihat dalam suguhan lezat seperti kue jahe.

Molase juga memiliki manfaat lain yang lebih luas, seperti sering digunakan dalam pembuatan alkohol.

Perusahaan penyulingan menggunakan zat lengket ini untuk membuat rum dan etanol serta beberapa hal lainnya.

Maka mereka memiliki tangki penyimpanan besar yang menampung sekitar 2,5 ton galon pada titik tertentu.

Tangki tersebut, menurut laporan, memiliki tinggi sekitar 15,24 meter dan lebar 27,43 meter.

Pada tanggal 15 Januari 1919, kebetulan tangki itu penuh setelah menerima pengiriman sekitar 2,3 juta galon molase Puerto Rico.

Menurut banyak laporan, pada tengah hari banyak orang di sekitar tempat itu mengatakan mereka mendengar suara seperti suara tembakan.

Tapi sebenarnya, itu adalah paku keling di sisi tangki besar yang memberi jalan bagi molase senilai 26 juta poundsterling.

Rupanya, ada gelomban setinggi 4,57 meter dari kotoran lengket yang ‘mengamuk’ di jalanan dengan kecepatan lebih dari 56,3 kilometer per jam.

Bayangkan saja! Dan tentunya ada sejumlah besar kerusakan yang terjadi, tidak hanya pada bangunan tetapi juga pada manusianya.

Baca Juga: Hujan Badai Terbesardalam 80 Tahun Lamanya Terjadi, Ibukota Korea Selatan Teredam Banjir Besar, Presiden Korsel Langsung Lakukan Hal Ini

Sekitar 21 korban jiwa yang disebabkan banjir, baik karena tenggelam, atau bangunan yang menimpa orang, dan segala cara mengerikan lainnya.

Pernahkah Anda bayangkan dinding zat manis itu mendatangi Anda dan menghancurkan semua yang ada di jalurnya?

Banjir, pada umumnya sangat berbahaya, tapi itu setidaknya adalah air, Anda bisa berenang ke atasnya.

Tapi, tentu saja, Anda belum pernah mencoba berenang di atas tetes tebu bukan?

Jadi, tidak mudah membayangkan hal tersebut.

Setidaknya, pembersihan banjir secara normal, Anda mengharapkan matahri untuk membantu menguapkan sebagian air.

Dan banjir ini, membutuhkan lebih dari 80.000 jam kerja untuk membersihkan kekacauan yang terjadi pada hari itu.

Meski begitu, melansir History Things, pada hari musim panas yang hangat, Anda bisa mencium bau molase di udara selama beberapa dekade.

Terutama karena butuh waktu yang sangat singkat untuk melacak perginya zat lengket di seluruh kota berkat sisa-sisa di sepatu semua orang.

Belakangan, diketahui bahwa penyebab bencana tersebut adalah pekerjaan konstruksi tangki yang buruk.

Mereka tidak hanya menggunakan baja tipis yang menurut desain, tidak akan pernah bisa menahan beban sebanyak itu, tetapi orang di balik bangunan itu tidak memiliki keterampilan teknik atau arsitektur apa pun.

Baca Juga: Seharusnya Masuk Musim Kemarau, Tapi Malah Hujan Lebat Plus Banjir di Mana-mana, Ternyata Ini Penyebab Hujan Lebat Terjadi di Indonesia Sampai Sebabkan Banjir

Menurut laporan, perusahaan baru saja menginstruksikan agar tangki dibangun secepat dan semurah mungkin.

Jelas, ini merupakan keputusan yang buruk yang akhirnya menelan korban jiwa hingga 21 orang, melukai sebanyak 150 orang, dan setara dengan kerusakan senilai $125 juta kurs hari ini (sekitar Rp1,97 triliun).

Seperti banyak bencana teknik lainnya, hal itu menjadi kode dan persayaratan bangunan yang ketat dengan harapan mencegah kejadian lebih lanjut.

Baca Juga: Sama Seperti Gunung Semeru yang Letusannya Bercampur Hujan, Letusan Gunung Berapi di Mesir Kuno Ini Bercampur dengan Banjir Tahunan Sungai Nil, Tapi Bisa Picu Pemberontakan di Mesir

Temukan sisi inspiratif Indonesia dengan mengungkap kembali kejeniusan Nusantara melalui topik histori, biografi dan tradisi yang hadir setiap bulannya melalui majalah Intisari. Cara berlangganan via https://bit.ly/MajalahIntisari

Artikel Terkait