Intisari-online.com - Perang tanpa henti di Ukraina ternyata tak cuma sekedar ambisi Rusia untuk menaklukkan pecahan Uni Soviet tersebut.
Ternyata, lebih dari itu, Rusia memiliki tujuan besar di panggung Dunia.
Menurut surat kabar RT Presiden Rusia Vladimir Putin ingin bernegosiasi untuk menetapkan posisi baru Rusia di panggung internasional, kata seorang pejabat Turki.
Putin "ingin Barat menerima posisi baru Rusia".
Lalu, mengakhiri periode ketika Rusia harus membuat konsesi ke Barat sejak Perang Dingin, Ibrahim Kalin, penasihat presiden Turki, mengatakan pada (8/10) di CNN.
Berbicara di radio AS, Kalin mengatakan konflik Ukraina akan berakhir dengan kesepakatan.
Ini hanya masalah kapan dan "berapa banyak kerusakan yang terjadi".
Kesepakatan untuk mengakhiri konflik tidak hanya berurusan dengan masalah perbatasan Rusia-Ukraina.
Masalah utama, kata Kalin, adalah bahwa Putin ingin mengubah keseimbangan kekuatan antara Rusia dan Barat.
Setelah periode Perang Dingin, Rusia terpaksa menerima dominasi Barat.
Akibatnya, NATO mengakui sejumlah negara di dekat perbatasan Rusia.
"Sepengetahuan kami, Putin ingin membangun kembali posisinya dalam hubungan dengan Barat," kata Kalin.
Ini mengacu pada perjanjian konsesi yang telah ditandatangani Rusia dengan NATO, termasuk yang tahun 1997.
"Rusia dulu dan Rusia hari ini benar-benar berbeda. Ini adalah kenyataan baru dan Putin menginginkan kesepakatan baru untuk menegakkan kembali posisinya," jelas Kalin.
Pekan lalu, Presiden Rusia Putin mengatakan bahwa "dominasi Barat telah runtuh secara permanen" dan semuanya tidak akan sama.
Putin menyebutkan prospek dunia multipolar di mana negara-negara "non-Barat" memiliki kesempatan untuk memperluas pengaruh mereka.
Menurut penasihat Kalin, "masalah ini menciptakan tantangan untuk mengubah tatanan internasional".
Para pemimpin Barat telah menegaskan bahwa mereka akan terus mendukung Ukraina sampai Kiev membuat langkah yang jelas di medan perang untuk mendapatkan pijakan dalam negosiasi dengan Moskow.
Dalam ketegangan antara Rusia dan Barat, Turki selalu menekankan netralitas.
Pada 6 Oktober, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan kembali meminta Rusia dan Ukraina untuk kembali ke meja perundingan, karena "perdamaian selalu lebih baik daripada perang".
Baca Juga: Putin Kian Terpuruk, Jembatan Utama Krimea Diserang, Terbakar, Lalu Runtuh ke Laut