Atas peristiwa memilukan itu, Tragedi Kanjuruhan menjadi tragedi sepak bola paling mematikan di dunia kedua.
Sementara tragedi paling mematikan pertama terjadi di Peru 50 tahun silam pada 26 Mei 1964, di Estadio Nacional, antara Peru Vs Argentina.
Ironisnya kronologi kejadian tragis tersebut nyaris sama dengan Tragedi Kanjuruhan, yang berkaitan dengan gas air mata.
Saat pertandingan menit akhir, wasit meniup peluit dengan menganulir gol pemain Peru.
Kala itu stadion penuh berdesakan, dengan kapasitas 53.000 penonton, yang tiba-tiba menyerbu ke lapangan.
Bahkan ada penonton yang mencoba untuk memukul wasit, lalu lainnya melemapari barang ke arah polisi.
Polisi langsung menembakkan gas air mata, hingga membuat suporter panik, sesak, napas hingga pingsan.
Suporter yang berdesakan ada yang jatuh dan terinjak-injak, hingga menyebabkan korban berjatuhan.
Beberapa hari kemudian, dilaporkan jumlah korban tewas mencapai 328 orang.
Tragedi ini menjadi bencana paling mematikan dalam sejarah sepak bola, dan Tragedi Kanjuruhan pun menempati urutan kedua.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR