Intisari-Online.com - Gas air mata digunakan pihak keamanan untuk menghentikan kericuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang, pada Sabtu (1/10/2022) malam.
Kericuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang dalam pertandingan Arema FC vs Persebaya Surabaya.
Kericuhan bermuka ketika ratusan suporter Arema FC memasuki lapangan.
Melihat hal itu, pihak keamanan mencoba mengamankan para pemain terlebih dahulu. Khususnya pemain Persebaya Surabaya.
Kemudian mereka mulai mengurai massa.
Salah satu cara yang digunakan pihak keamanan adalah menembakan gas air mata ke suporter yang turun ke lapangan.
Namun efek dari gas air mata itu mengenai suporter lain di stadion.
Akibatnya banyak suporter yang mengalami sesak napas. Bahkan beberapa dari mereka jatuh pingsan.
Hingga berita ini diturunkan per Minggu (2/10/2022) pukul 14.00 WIB, ada 127 orang meninggal dunia.
Sementara 180 lainnya tengah dirawat di rumah sakit.
Banyak yang menduga, jatuhnya banyak korban itu dikarenakan gas air mata.
Padahal dalam aturan FIFA, penggunaan suporter dilarang alias tidak diperbolehkan.
Peraturan itu tertulis dalam aturan pengamanan dan keamanan stadion (FIFA Stadium Saferty dan Security Regulations).
Tepatnya dalam pasal 19 b soal pengaman di pinggir lapangan.
Tertulis bahwa "No firearms or 'crowd control gas' shall be carried or used" atau "senjata api atau 'gas pengendali massa' tidak boleh dibawa atau digunakan'".
Jika mengacu pada peraturan FIFA itu, maka pihak keamanan dalam laga Arema vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang itu telah melanggar aturan FIFA.
Meski begitu, menurut Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Jawa Timur, Irjen Nico Afinta, penggunaan gas air mata dalam laga Arema vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan sudah sesuai prosedur.
Sebab menurut Nico, mereka menggunakan gas air mata dengan tujuan untuk menghalau suporter yang turun ke lapangan dan berbuat anarkis.
Apalagi jumlah suporter yang masuk ke lapangan sangat banyak.
Dari sekitar 42.288 suporter yang memenuhi tribun, sekitar 3.000 suporter masuk ke lapangan.
Oleh karenanya, kata Nico, jika para suporter mematuhi aturan dan tidak masuk ke lapangan, maka kejadian ini tidak akan terjadi.
"Seandainya suporter mematuhi aturan, peristiwa ini tidak akan terjadi."
"Semoga tidak terjadi lagi peristiwa semacam ini," jelas Nico.
Source | : | Kompas.com |
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR