Akibatnya, harga tabua menjadi naik.
Satuu gigi yang digantung dengan tali yang dikepang sebagai liontin besar pada kalung, bisa berharga ratusan bahkan ribuan dolar.
Waisake Lalanabaravi, saat menjamu di desanya, menunjukkan tabua yang dia simpan di rumahnya, yang dikumpulkannya untuk digunakan di masa depan.
Putra pertamanya, seperti yang dikisahkannya, memutuskan untuk menikah, dia memberi 15 tabua, masing-masing senilai 400-500 dolar.
Anak keduanya itu dia berikan sebanyak 12 tabua, maka sekarang dia mengumpulkan dan menyimpan tabua untuk anak berikutnya.
Sebagian besar tabua itu dia beli sendiri, tetapi sebagai orang yang dihormati di klan, maka dia juga menerima beberapa dari masyarakat yang diberi nasihat baik atau sebagai rasa terima kasih.
Meskipun biayanya tinggi, memberi tabua ‘masih hidup’ dan merupakan bagian dari budaya Fiji, jelas Waisake.
Praktik itu terutama lebih banyak dilakukan di pedesaan, tetapi di perkotaan, tradisi itu terus berlanjut di kalangan keluarga, melansir expatlifeinthailand.
Wanita penjaga toko di pasar kerajinan di pusat kota Suva, duduk di belakang sebuah kios kecil yang dikelilingi tikar, tas, dan kipas yang dianyam dari daun pandan.
Dia menyimpan persediaan tabua dengan membelinya dari keluarga yang mengalami masalah keuangan.
“Begitu mereka mengalami kendala keuangan, saat itulah mereka menjual barang-barang ini,” katanya.
Membeli tabua sebelum pertunangan juga tentang sebuah status, ‘ini berarti keluarga pria cukup kaya’.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR