Pada 27 Januari 1945, empat hari sebelum kedua gadis itu berusia 11 tahun, kamp Auschwitz dibebaskan oleh tentara Soviet.
Anak-anak itu adalah anak kembar pertama yang membintangi film buatan Soviet tentang kengerian Holocaust, namun film itu agak tidak akurat.
Menjadi subjek favorit Dr. Mengele, si kembar tidak pernah mengenakan seragam bergaris dan diberi perlakuan khusus, diberi kebebasan untuk merawat rambut dan pakaian mereka secara pribadi dan ditawari tambahan porsi makanan.
Setelah sembilan bulan berada di kamp konsentrasi, Eva dan Miriam kembali ke rumah dan mengetahui bahwa anggota keluarganya tidak ada yang selamat.
Pada tahun 1950, Eva dan Miriam berangkat ke Israel, lalu menjadi anggota kibbutz, yang sebagian besar dihuni oleh anak-anak yatim piatu.
Pada tahun 1952, mereka mendaftar di tentara Israel, Eva belajar menggambar teknik, dan Miriam menjadi bantuan medis.
Eva menikah dengan seorang turis Amerika, Michael Kor, dan dia yang selamat dari kamp konsentrasi, kemudian pindah ke Indiana, Amerika Serikat.
Efek dari eksperimen Dr. Mengele mengikuti sepanjang hidup mereka.
Eva mengalami keguguran dan menderita TBC, dan putranya menderita kanker.
Ginjal Miriam berhenti tumbuh, dan dia meninggal pada tahun 1993 karena bentuk kanker yang langka.
Eva meninggal dunia pada 4 Juli 2019 karena sebab alamiah.
Kisah mereka menunjukkan kepada dunia betapa menakutkannya sisi sebenarnya dari Auschwitz dan Holocaust.
Miriam, terutama Eva, menghabiskan sebagian besr hidup mereka untuk menyebarkan cerita mereka untuk menjaga perdamaian di dunia ini dan mencegah genosida di masa depan.
Temukan sisi inspiratif Indonesia dengan mengungkap kembali kejeniusan Nusantara melalui topik histori, biografi dan tradisi yang hadir setiap bulannya melalui majalah Intisari. Cara berlangganan via https://bit.ly/MajalahIntisari
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR