“(Peluru) tampaknya terbakar ketika bersentuhan dengan kulit binatang, menunjukkan bahwa bola baja itu sendiri memiliki kekuatan besar ketika mengenai, dan bola meleleh dan pecah pada suhu tinggi,” para peneliti mengamati di kertas.
“(Ini) membentuk rongga luka besar yang mirip dengan lubang hemisfer (kawah), yang disertai dengan percikan jaringan dalam jumlah besar.”
Jianmin dan rekan-rekannya mengatakan lebih banyak eksperimen hewan akan dilakukan, yang menargetkan kepala, dada, perut, dan bagian tubuh lainnya dengan struktur yang lebih kompleks.
Menurut tim, sementara target yang terbuat dari sabun juga dapat menghasilkan hasil yang serupa, mensimulasikan gerakan peluru dan proses transfer energi di jaringan lunak, hewan diperlukan untuk memahami karakteristik mematikan dari proyektil pada target biologis.
Sementara itu, masih belum diketahui, apakah China sedang mengembangkan senjata api hipersonik.
Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) diketahui telah mendanai berbagai proyek senjata yang dapat menembakkan proyektil berukuran kecil dengan kecepatan melebihi Mach 5.
Misalnya, Angkatan Laut PLA sedang mengembangkan railgun untuk sistem pertahanan kapal yang dapat menembakkan proyektil hipersonik untuk mencegat drone, rudal, atau torpedo musuh.
Railgun adalah senjata elektromagnetik yang mampu menembakkan peluru dengan kecepatan Mach 7 — tujuh kali kecepatan suara.
Pada tahun 2018, China melakukan uji coba laut terbuka pertama di dunia dengan railgun yang ditempatkan di kapal perang, di mana railgun menembakkan proyektil seberat 25 kilogram yang dilaporkan pada kecepatan Mach 7,3 dan mampu mencapai target 250 kilometer jauhnya.
Ilmuwan China juga sedang mengerjakan rudal hipersonik yang dapat diluncurkan dari railgun dan dapat mencari target, menurut laporan EurAsian Times.
Bahkan AS mengerjakan railgun selama beberapa dekade sebelum menghentikan program railgun pada Juli 2021 untuk membebaskan sumber daya untuk penelitian senjata hipersonik.
Ini tertinggal dari China dan Rusia, yang telah memperoleh senjata hipersonik operasional.
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR