Salah satunya diduga cincin itu melindungi wanita dari menjadi budak dengan membuat mereka kurang menarik bagi suku lain.
Juga ada teori bahwa gulungan berasal dari keinginan untuk terlihat lebih menarik dengan melebih-lebihkan dimorfisme seksual.
Ini karena wanita memiliki leher yang lebih ramping daripada pria.
Ada juga yang berpendapat bahwa cincin leher itu memberi kemiripan pada wanita dengan naga, tokoh penting dalam cerita rakyat Kayan.
Cincin leher itu juga mungkin dimaksudkan untuk melindungi dari gigitan harimau, mungkin secara harfiah, tetapi mungkin secara simbolis.
Wanita Kayan, ketika ditanya, mengakui ide-ide ini, dan sering mengatakan bahwa tujuan mereka mengenakan cincin adalah identitas budaya (yang terkait dengan kecantikan).
Cincin leher itu sendiri jarang dilepas. Sebab pemasangan dan pelepasannya memerlukan prosedur yang panjang.
Biasanya cincin leher baru dilepas untuk diganti dengan koil baru atau yang lebih panjang.
Ada juga yang melepas cincin leher untuk pemeriksaan medis atau masalah kesehatan yang disebabkan oleh melemahnya otot-otot.
Sebab cincin leher itu juga menyebabkan area leher dan tulang selangka sering menjadi memar dan berubah warna.
Kini pemerintah Myanmar mulai mengurangi tradisi cincin leher.
Akibatnya, banyak wanita di Myanmar mulai melanggar tradisi, meskipun beberapa wanita yang lebih tua dan beberapa gadis yang lebih muda di desa-desa terpencil terus memakai cincin leher.
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR