Intisari-Online.com - Perang Rusia dan Ukrainatelahmenjadi momok menakutkan karena Vladimir Putin telah mengeluarkan serangkaian ancaman nuklir ke Barat.
Kehebohan nuklir Presiden Rusia Vladimir Putindimulai pada akhir Februari, beberapa hari setelah perang Rusia dan Ukraina dimulai.
Pada saat itu, ia memerintahkan pasukan nuklir Rusia untuk siaga tinggi.
Langkah tersebut secara dramatis meningkatkan ketegangan antara Rusia dan Barat yang memang tidak pernah akur sejak era Amerika Serikat (AS) dan Uni Soviet dalam Perang Dingin.
Ancaman nuklir Putin terus berlanjut dalam beberapa pekan terakhir saat ia mengklaim Kremlin akan mengerahkan rudal balistik antarbenua berkemampuan nuklir terbarunya, yang dapat mencapai Inggris dalam tiga menit.
Melihat rentetan ancama Rusia terkait senjata nuklir,seorang pakar militer AS bernamaDr John Callahan menganalisis hal itu.
Dr John Callahan adalah mantan diplomat dan juru bicara Departemen Luar Negeri, yang sekarang bekerja sebagai penasihat militer dan dekan di New England College di AS.
Dia punmengungkapkan kapan dan dalam keadaan apa Putin akan “meluncurkan nuklir”.
“Saya pikir Rusia tidak akan memiliki peluang melawan China tanpa menggunakan senjata nuklir," ucap Dr. Callahan seperti dilansir dariexpress.co.uk pada Kamis (14/7/2022).
“Terutama di daerah di mana mereka akan bertarung, yaitu Siberia."
"Rusia memiliki kemampuan yang sangat terbatas."
“Katakanlah China menginvasi Siberia sekarang. Ada kemungkinan besar bahwa Rusia hanya akan meluncurkan nuklir."
"Sebab sekarang mereka sedang berperang dengan Ukraina dan pasukan mereka sedang kesusahan."
"Jadi hanya senjata nuklir mereka yang ampuh melawan China."
Jika konflik benar-benar berubah menjadi perang nuklir, Washington memiliki keunggulan dalam hal pengeluarannya untuk nuklir.
Di karena pada tahun 2021, pengeluaran nuklir mereka mencapai 36,9 miliar Poundsterling.
Angka itu melampaui China dengan 9,7 miliarPoundsterling dan Rusia 7,1 miliarPoundsterling, menurut Kampanye Internasional untuk Menghapuskan Senjata Nuklir (ICAN).
Tapi menurut ICAN, Rusia memang memiliki jumlah hulu ledak nuklir terbanyak dengan 5.977 buah.
Dibanding AS dengan memiliki 5.428 hulu ledak nuklir dan China memiliki 350.
Jika China benar-benar melawan Rusia di Siberia, pasukan China akan dapat menyeberang ke wilayah utara Rusia yang luas dari beberapa provinsi China.
Diketahui Siberia juga kaya akan mineral, termasuk batu bara, minyak bumi, gas alam, berlian, bijih besi, dan emas.
Wilayah tersebut pernah menjadi target China di masa lalu, karena negara tersebut pernah menguasai sebagian besar tanah di tempat yang sekarang disebut Timur Jauh Rusia.
Namun, Kekaisaran Rusia menguasai sudut tenggara Siberia dengan Aneksasi Amur, yang dimulai pada tahun 1858.
Ada pergolakan lebih lanjut pada Maret 1969 ketika konflik pecah di sepanjang perbatasan China- Uni Soviet, termasuk di perbatasan Siberia dengan Kazakhstan dan provinsi Xinjiang di barat China.
Pada saat itu, lusinan orang tewas dan ratusan lainnya terluka dalam pertempuran itu, yang berisiko meluas ke perang nuklir.
Moskow mengancam respons nuklir terhadap Beijing dan beberapa kota di China membangun tempat perlindungan bom, sebelum kedua belah pihak akhirnya menyelesaikan perbedaan mereka di meja perundingan.
Oleh karenanya,Dr Callahan percaya bahwa Rusia tidak akan menang jika kembali berkonflik dengan Rusia di Siberia.