Intisari-Online.com – Salah satu tradisi Zoroastrian membutuhkan burung nasar untuk menjaga ritual kematian kuno tetap hidup.
Hingga 40 tahun lalu, mayat masih dapat ditemukan di atas Menara Keheningan di Yazd, Iran, yang perlahan-lahan hancur atau dicabik-cabik oleh burung nasar gurun.
Dalam tradisi Zoroaster, begitu seseorang meninggal, maka tubuhnya dapat langsung terkontaminasi oleh setan dan menjadi tidak murni.
Maka untuk mencegah penyusupan ini, Zoroastrianisme memurnikan mayat dengan memaparkannya pada unsur-unsur dan unggas lokal di atas menara datar yang disebut Menara Keheningan atau dakhma di padang pasir.
Salah satu tradisi Zoroastrian ini membutuhkan burung nasar untuk menjaga ritual pemakaman kuno tetap hidup.
Dalam tradisi itu, mayat diyakini mengotori semua yang disentuhnya, termasuk tanah dan api, maka mengangkat mayat ke langit untuk dimakan burung nasar secara historis adalah satu-satunya pilihan.
Air seni banteng digunakan untuk membersihkan tubuh sebelum alat-alat, yang kemudian dihancurkan, digunakan untuk memotong pakaian.
Mayat itu kemudian ditempatkan di atas Menara Keheningan, agar tidak ada makhluk hidup yang bisa ternoda olehnya.
Menurut tradisi sejak lebih dari 3.000 tahun, mayat disusun di menara dalam tiga lingkaran konsentris.
Melansir atlasobscura, pria ditempatkan di lingkaran paling luar, wanita di tengah, dan anak-anak di lingkaran paling dalam.
Mayat-mayat itu kemudian dibiarkan sampai tulang mereka diputihkan oleh unsur-unsur dan ditelanjangi oleh burung nasar.
Setelah proses pemurnian, tulang-tulang itu ditempatkan di osuarium di dekat atau di dalam menara.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR