Penembak ketika itu terlihat berdiri dari jarak dekat ketika Abe naik ke podium dan berpidato kepada calon pemilih di luar Stasiun Yamato-Saidaiji, Kintetsu Railway di Nara.
Dia terlihat memakai tas selempang.
Menurut seorang pejabat Kementerian Pertahanan Jepang, senjata yang digunakan pelaku tampaknya buatan tangan.
Dia pernah bekerja untuk Pasukan Bela Diri Maritim, yang termasuk dalam bagian Angkatan Laut Jepang, selama tiga tahun hingga sekitar 2005, namun Kementerian Pertahanan belum memastikan hal tersebut secara resmi.
NHK melaporkan bahwa Yamagami mengatakan kepada polisi dia ‘tidak puas dengan Abe dan ingin membunuhnya’.
Saksi mata yang berada di tempat kejadian mengatakan mereka melihat pria membawa apa yang mereka gambarkan sebagai senjata besar dan melepaskan tembakan ke arah Abe dua kali dari belakang.
Dari foto-foto yang diambil saat tersangka dibekuk menunjukkan bahwa senjata yang digunakan itu adalah rakitan.
Namun, belum diketahui bagaimana Yamagami tahu kalau Abe akan hadir dalam acara kampanye itu karena kunjungan mantan perdana menteri itu baru dipastikan pada larut malam.
Tembakan pertama yang dilepaskan tampaknya meleset tidak mengenai Abe, namun tembakan kedua mengenai punggung Abe dan membuatnya terjatuh ke tanah serta mengeluarkan darah cukup banyak.
Shinzo Abe segera dilarikan ke rumah sakit pada pukul 11.54 dan langsung ditangani dokter.
Pada jumpa persnya, dokter mengatakan bahwa para medik menghabiskan empat setengah jam untuk merawat Abe, dengan mencoba menghentikan pendarahan dan melakukan transfusi darah dengan menggunakan 100 unit kantung darah.
Meski dokter memastikan ada dua luka tembak, namun para dokter tidak menemukan peluru selama operasi bedah.
Shinzo Abe meninggal pada Jumat sore di Rumah Sakit tempat dia dirawat.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR