IntisariOnline.com - KaisarChina kuno di abad ke-11 bisa punya121 gundik 'siap pakai.'
Misalnya saja pada Dinasti Sui, beberapakaisarpercaya bahwa mereka bisa mendapatkan keabadian dari berhubungan badan dengan sebanyak mungkin wanita tanpa ejakulasi.
Salah satunya yakniKaisarWu yang menghabiskan hidupnya untuk ini.
Mereka termasuksatusampai tiga permaisuri, sembilan pasangan, dua puluh tujuh selir, dan delapan puluh satu asisten selir.
Dia menarik siapapun wanita yang dapat ditemuinya di jalan, terutama putri dari pejabatnya.
Kaisar Wu memiliki lebih dari 10.000 wanitasebagai selirnya.
Hal serupa juga dilakukan olehKaisar Xuanzong (memerintah 713-756 M) yang memiliki 40.000 selir.
Untuk itu, para kaisar China kuno juga memiliki rahasia khusus kejantanan mereka.
Pertama-tama, kaisar China ini ternyata punya kebiasaan yang sama dengan Raja-raja Mataram Jawa.
Dalam sejarah kita mengenal tokoh Sunan Anyokrowati yang memerintah Mataram tahun 1601-1613 meriggantikan Panembahan Senopati pendiri Mataram dan ayah Sultan Agung.
la dikenal juga dengan nama Sunan Sedo Krapyak, yang artinya "Raja yang meninggal di Krapyak".
Menurut cerita, raja ini sedang berburu banteng di dalam Krapyak.
Berburu memang sudah sejak lama menjadi kegemaran raja dan kaum bangsawan di Jawa.
Dari kitab Nagarakertagama gubahan Prapanca yang ditulis tahun 1365 kita juga memperoleh berita bahwa raja Hayam Wuruk beberapa kali menyelenggarakan acara berburu di hutan.
Hanya kita tidak mengetahui apakah pada jaman Majapahit itu juga sudah dikenal hutan suaka semacam Krapyak pada jaman Mataram.
Pada jaman Mataram sendiri acara berburu juga tidak hanya diadakan di dalam Krapyak saja, akan tetapi juga dalam hutan bebas. Hanya saja berburu dalam hutan bebas ini biasanya terbatas untuk jenis babi liar atau babi hutan.
Sementara itu, sama seperti para raja di berbagai belahan dunia lain, para kaisar China juga suka berburu.
Ada saatnya bagi para raja keluar diiringi pembantu setia dan para pengawal.
Kelinci dan utamanya kijang adalah binatang yang acap jadi sasaran tembak panah sang raja.
Selain dagingnya enak, binatang-binatang ini sangat lincah dan larinya tak kalah hebat dibanding kuda-kuda yang ditunggangi kaisar dan pengikutnya.
Jadi, kaisar bisa sekaligus olah fisik berkuda.
Saat keringat membasahi jubah emas sang raja yang berkilau diterpa mentari itulah gairah memburu makin menggebu.
Selain itu, sang raja tak hanya termotivasi oleh sulitnya mendapatkan binatang-binatang yang lincah itu.
Ada obat yang sedang dicari para kaisar itu, tiap kali seekor kijang muda tertembus panah sang raja, tanduk kijang atau rusa langsung dipotong.
Darah yang mengalir dari tanduk, paling beberapa tetes, dimasukkan dalam cangkir yang sudah diberi arak, langsung diminum.
Itulah obat manjur bagi kejantanan sang raja.
(*)