"Apa yang dilakukan Presiden Jokowi itu sudah kuat secara simbol dan secara moral buat Rusia,” kata Raymond.
Lebih lanjut, Raymond menganggap mundurnya pasukan Rusia dari Pulau Ular di Laut Hitam sedikit dipengaruhi oleh kunjungan Jokowi.
Garnisun Rusia di Pulau Ular ditarik mundur per 30 Juni lalu seiring gencarnya serangan Ukraina ke sana.
Sementara itu, pakar hukum internasional, Hikmahanto Juwana, menanggapi meningkatnya eskalasi serangan Rusia ke Ukraina pascakunjungan Jokowi.
Menurut dia, kunjungan Presiden Jokowi ke Ukraina dan Rusia bukan sekadar membawa misi gencatan senjata semata tetapi tentang supply chain pangan.
Hikmahanto mengatakan gencatan senjata bukan sesuatu yang instan dan langsung diberlakukan.
Jika pun ada gencatan senjata, kata dia, ini bukan gencatan senjata yang ditandatangani oleh pemimpin dari dua negara yang bertikai.
“Kita tahu bahwa kalau seperti ini mungkin ada rencana-rencana yang sudah ditetapkan sebelumnya,” kata Hikmahanto seperti dikutip dari Kompas.TV pada Selasa (5/7/2022).
“Tapi yang pasti, Bapak Presiden bukan membawa misi sekadar gencatan senjata. Tapi, Bapak Presiden bicara tentang supply chain pangan yang akan terganggu kalau perang ini terus berlanjut," katanya menambahkan.
Menurut Hikmahanto ini merupakan hal cerdas yang dilakukan oleh Jokowi, dalam arti tidak berbicara bahwa nantinya akan ada gencatan senjata atau tidak.
“Tetapi, Bapak Presiden minta misalnya ketika di Jerman dalam pertemuan G7 bicara soal supply chain pangan terkait dengan negara berkembang."
"Itu juga yang beliau bicarakan dengan Presiden Ukraina Zelenskyy dan Presiden Rusia Vladimir Putin," kata Hikmahanto.
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Muflika Nur Fuaddah |
KOMENTAR