Harem seorang Sultan melayani dengan berbagai cara, bahkan yang tinggal di harem ada yang akhirnya memegang kekuasaan dan punya hak kemerdekaan sendiri.
Namun juga keliru jika menganggap harem sebagai tempat pemberdayaan perempuan.
Hal itu sama kelirunya dengan membayangkannya sebagai rumah bordil Sultan.
Sebenarnya ada dua tipe wanita yang berbeda di harem Sultan, yakni istri serta kerabat sultan dan budak.
Sejauh ini, kelompok terbesar terdiri dari budak.
Perbudakan sangat umum di Kekaisaran Ottoman dan budak sebagian besar diambil dari masyarakat non-Islam di pinggiran Kekaisaran seperti Balkan, Kaukasus, dan Afrika.
Jadi, sementara Sultan memiliki istri yang dia nikahi untuk menjalin aliansi dan melanjutkan dinastinya, dia juga memiliki sejumlah besar selir yang diperbudak.
Wanita yang diperbudak di harem dikenal sebagai “jariyah”, dan biasanya dibawa ke harem pada usia muda.
Begitu seorang jariyah memasuki harem, mereka memilih nama baru untuk diri mereka sendiri, memutuskan hubungan dengan kehidupannya yang terdahulu.
Sebagian besar, tahun-tahun awal kehidupan mereka difokuskan pada pendidikan.
Gadis-gadis itu diberi pelajaran harian dalam segala hal mulai dari menari hingga matematika dasar.
Faktanya, pendidikan yang diberikan kepada gadis-gadis di harem jauh lebih baik daripada yang diterima kebanyakan wanita di Kekaisaran Ottoman.
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Muflika Nur Fuaddah |
KOMENTAR