Intisari-Online.com - Hubungan NATO dan China telah tegang sejak perang Rusia dan Ukraina pada Februari 2022 kemarin.
Sebagian besar dunia mengutuk perang Rusia dan Ukraina, tetapi China telah menolak untuk mengutuk sikap Rusia.
Diketahui Rusia dan China memang adalah sekutu dekat.
Bahkan keduanya bekerja sama dalam pengaturan internasional, seperti ketika China abstain dalam pemungutan suara PBB yang mengutuk invasi Rusia ke Krimea pada tahun 2014.
Ketika pasukan Rusia berbaris ke Ukraina pada bulan Februari, memulai perang kekerasan yang telah menewaskan ribuan orang, dunia menunggu untuk melihat apa yang akan dilakukan China.
Tetapi berbulan-bulan setelah dan ketika pertempuran berlanjut di timur dan selatan Ukraina, para pejabat di Beijing belum secara terbuka mengecam tindakan Rusia.
Oleh karenanya, banyak orang yang curiga bahwa ada dukungan China di belakang layar.
Dengan dugaan itu, Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg melancarkan serangan verbal ke China pada hari Kamis (30/6/2022).
Di mana Stoltenberg meminta dunia untuk menghindari China dan Rusia, dalam salah satu eskalasi konflik terbesar sejauh ini.
Dia mengatakan hal tersebut kepada para pemimpin NATO di Madrid.
“Keseimbangan kekuatan internasional sedang bergeser dan persaingan strategis sedang meningkat," ungkap Stoltenberg seperti dilancir pada express.co.uk pada Minggu (3/7/2022).
"China tidak berbagi nilai-nilai kami dan, seperti Rusia, berusaha untuk merusak tatanan berbasis aturan internasional."
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR