Bikin Seisi Dunia Menahan Napas, China Dilaporkan Siap Mengikuti Jejak Vladimir Putin Untuk Lakukan Invasi ke Uni Eropa Dalam Waktu Dekat

Mentari DP

Editor

China merupakan sekutu terbesar Rusia. Vladimir Putin dan Xi Jinping.
China merupakan sekutu terbesar Rusia. Vladimir Putin dan Xi Jinping.

Intisari-Online.com - Sudah menjadi rahasia umum bahwa China merupakan sekutu terbesar Rusia.

Namun apakah China akan membantu Rusia dalam perang Rusia dan Ukraina?

Rupanya tidak. Namun China dilapokan akanmengikuti jejak Vladimir Putin untukmeluncurkan invasike Uni Eropa (UE).

Mengapa?

Dilansir dariexpress.co.uk pada Senin (13/6/2022), komentator Nile Gardiner mengecam pendekatan Uni Eropa (UE) ke China dan Rusia.

Dia menuduh blok itu telah "memperkuat agresi China", membandingkan potensi invasi Taiwan dengan invasi Putin ke Ukraina.

Ada kekhawatiran yang berkembang bahwa China akan berusaha menggunakan kekuatan militer untuk menguasai Taiwan.

Ini karena negara itu telah membangun kehadiran militernya di dekat wilayah udara Taiwan.

Langkah seperti itu dapat memicu keterlibatan seluruh dunia dalam konflik, karena Presiden AS Joe Biden telah menyarankan AS akan campur tangan untuk membela Taiwan jika terjadi invasi.

Sikap AS masih ambigu tentang apakah akan campur tangan atau tidak jika China menyerang Taiwan.

Namun pada Oktober tahun lalu, Presiden AS Joe Biden ditanya apakah dia bisa "bersumpah untuk melindungi Taiwan".

Sebagai tanggapan, Biden berkata: "Ya".

Dia kemudian mengatakan kepada CNN bahwa AS memiliki "komitmen" untuk membela Taiwan.

Hal ini dapat memicu negara-negara NATO untuk terlibat juga sebagai akibat dari Pasal 5, prinsip pertahanan kolektif.

Ketika ditanya apakah pendekatan UE terhadap China dan Rusia dapat mengarah pada invasi ke Taiwan, Gardiner mengatakan: "Tentu saja".

"Pendekatan UE pada dasarnya mendorong agresi China," ungkapGardiner.

“Saya pikir otoritas Komunis China memandang UE sebagai penurut, dan itulah pendekatan yang telah dilakukan Putin selama beberapa dekade."

"Dan UE dipandang sangat lemah."

Dia membandingkan pendekatan UE dengan pendekatan Brexit Inggris, dengan mengatakan Inggris jauh lebih tegas terhadap Rusia dan China daripada Uni Eropa.

"Selama beberapa dekade saya pikir China dan Rusia telah mengambil keuntungan dari kelemahan Uni Eropa," terangGardiner.

"Hal itulah yang membuat mereka berani dan mendorong mereka."

"Putin percaya bahwa Eropa baru saja berakhir. Oleh karenanya, diamenginvasi Ukraina."

"Dan saya pikir orang Chinamengerjar Taiwan juga karena alasan yang sama."

"Mereka memandang UE sebagai tidak relevan dalam hal apa yang akan mereka lakukan."

Terakhir,Gardiner mengklaim AS dan Inggris lebih berperan dalam mencegah invasi China ke Taiwan dibanding Uni Eropa.

Baca Juga: Sebut IndonesiaSebagai 'Pengganggu' KarenaDianggap Bersekongkol dengan Amerika,China Bersumpah Akan Memerangi Amerika Jika Terus-menerus Lakukan Hal Ini

Artikel Terkait