Intisari-Online.com - Rusia telah membunuh ratusan warga sipil di kota Kharkiv, Ukraina timur laut dalam perang Rusia dan Ukraina.
Dan menurut penelitian baru oleh Amnesty International, Rusia menggunakan munisi tandan dan bom cluster yang dilarang secara luas.
Amnesty mengatakan telah menemukan bukti pasukan Rusia berulang kali menggunakan bom cluster 9N210/9N235, serta munisi tandan, roket yang mengeluarkan ranjau lebih kecil yang meledak kemudian pada interval waktu.
BBC mengunjungi lima lokasi tumbukan terpisah di lingkungan perumahan di Kharkiv dan melihat bukti efek spalling simetris yang khas terkait dengan munisi tandan.
"Dampak itu berasal dari munisi tandan, itu tanda klasik," kata Mark Hizney, peneliti senior di divisi senjata Human Rights Watch, sebuah kelompok kampanye, seperti dilansir dari bbc.com pada Senin (13/6/2022).
"Dan dalam satu gambar Anda dapat melihat sisa sirip stabilizer dari salah satu submunisi," katanya.
Rekaman CCTV yang diteruskan ke BBC oleh seorang penduduk di salah satu lokasi menunjukkan ledakan-ledakan yang berurutan.
"Ini bisa menjadi indikator yang sangat kuat dari submunisi dari bom cluster," kata Hamish de Bretton Gordon, mantan kolonel Angkatan Darat Inggris dan pakar senjata Universitas Cambridge.
Munisi tandan dianggap kontroversial dan dilarang karena meledak di udara dan melepaskan sekelompok bom yang lebih kecil yang jatuh tanpa pandang bulu di area yang luas.
Dan hal ini berpotensi membahayakan warga sipil.
Bom-bom yang lebih kecil juga sering gagal meledak saat terjadi benturan, yang menimbulkan ancaman selama bertahun-tahun yang akan datang.
Lebih dari 120 negara telah menandatangani perjanjian yang melarang penggunaan senjata tersebut, meskipun Rusia atau Ukraina tidak menandatangani.
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR