Akibat situasi itu, semua keturunan Janda Permaisuri Guo kehilangan hak untuk mengklaim mahkota Tang.
Selain itu, menambah penghinaan dan luka bagi Janda Permaisuri Guo, Permaisuri Zheng, sosok yang pernah menjadi gadis pelayannya, membenci Janda Permaisuri Guo.
Kaisar Xuanzong pun konon tidak memperlakukan Janda Permaisuri Guo dengan hormat.
Pada tanggal 25 Juni tahun 848 M, Janda Permaisuri Guo mencoba bunuh diri ketika mengunjungi Menara Qinzheng, dengan melemparkan dirinya dari menara tinggi itu, tetapi dihentikan oleh pelayannya.
Namun, Janda Permaisuri Agung Guo meninggal malam itu juga, dan tidak ada penyebab kematian yang tercatat.
Setelah kematiannya, meski ia menempati posisi tertinggi sebagai Janda Permaisuri Agung, ia tidak disukai untuk dikuburkan bersama suaminya Kaisar Xianzong.
Hal itu karena Kaisar Xuanzong ingin mencadangkan untuk ibunya, Janda Permaisuri Zheng, kehormatan untuk dikuburkan bersama Kaisar Xianzong.
Selanjutnya para pejabat menyarankan agar dia dimakamkan di batas luar makam Jingling.
Ketika pejabat Wang Hao dengan sungguh-sungguh menentang proposal tersebut dan menyarankan agar dia dikuburkan bersama Kaisar Xianzong dan disembah di kuilnya, Wang menyinggung baik Kaisar Xuānzong maupun kanselir Bai Minzhong, lalu hasilnya ia diasingkan.
Janda Permaisuri Guo akhirnya dimakamkan bersama Kaisar Xianzong, meskipun dia masih belum disembah di kuilnya, hanya pada masa pemerintahan putra Kaisar Xuanzong, Kaisar Yizong.
(*)
Penulis | : | Khaerunisa |
Editor | : | Khaerunisa |
KOMENTAR