Advertorial
Intisari-Online.com – Seberapa jauh Anda menunjukkan keyakinan terhadap kepercayaan Anda?
Beberapa keluarga di pedesaan India, baik Hindu dan Muslim, rela membiarkan bayi mereka dijatuhkan dari ketinggian dari atap kuil, jatuh tepat di atas seprai yang diregangkan sekitar 9,14 mete di bawah.
Ritual tersebut, sudah lama populer di Negara Bagian Maharashtra dan Karnataka, sejak 700 tahun yang lalu.
Saat itu kematian bayi tinggi, pengetahuan medis sangat sedikit,d an keluarga hanya memiliki sedikit tempat untuk meminta bantuan.
Sebuah legenda mengatakan bahwa seorang suci menasihati orang-orang yang bayinya sekarat untuk membangun kuil dan menjatuhkan bayi yang sakit dari atap untuk menunjukkan kepercayaan mereka pada Yang Mahakuasa.
Ketika mereka melakukannya, menurut cerita, bayi-bayi itu secara ajaib digendong ke tempat yang aman di dalam selimut seperti tempat tidur gantung yang muncul di udara.
Sejak saat itulah, doa untuk kelahiran bayi yang sehat di wilayah tersebut, termasuk janji untuk melemparkan bayi itu sebagai persembahan kepada dewa yang mengabukan doa tersebut.
Penduduk desa percaya bahwa ritual itu akan membawa umur panjang dan keberuntungan bagi anak itu, dan mempertahankan bahwa ritual itu tidak membahayakan.
Sebenarnya, praktik ini mendapat kecaman pada tahun 2009, ketika sebuah video yang beredar luas direkam di Baba Umer Dargah, sebuah kuil di Solapur, Maharashtra.
Hal itu mendorong Komisi Nasional Perlindungan Hak Anak untuk turun tangan.
Komisi itu kemudian menyelidiki dan memerintahkan agar pelemparan bayi dihentikan.
“Kami tidak mendukung praktik takhayul ini,” kata G. Mohanty, penasihat media di komisi tersebut, melansir NYTimes (28/7/2016).
“Itu bertentangan dengan kepentingan anak-anak. Mereka mungkin sangat ketakutan, dan tidak ada yang tahu bagaimana hal itu mempengaruhi jiwa mereka.”
Para pejabat mengatakan praktik itu ilegal menurut undang-undang hak anak India.
Otorits kepolisian setempat di Solapur mengatakan mereka belum menerima laporan tentang pelemparan bayi sejak 2010.
Namun, saksi mata mengatakan hal itu berlanjut dalam skala kecil di beberapa desa, termasuk di Mangasuli, tempat Lord Khandoba, avatar Siwa, disembah oleh umat Hindu sebagai dewa keluarga.
“Praktik tersebut berlanjut sepanjang tahun, bayi dilempar dalam waktu dua bulan setelah lahir, entah saat hujan atau cerah, itu tradisi,” kata Javed Fardin Akhtar, penduduk kota terdekat Sangli yang mengatakan dia menyaksikan ritual itu di Mangasuli.
Akhtar mengatakan bahwa pelemparan bayi sebenarnya tidak dilakukan oleh orangtua, tetapi oleh para penyembah kuil yang berpengalaman.
Setelah satu kali memantul di seprai, bayi-bayi itu dengan cepat dikembalikan ke pelukan orangtua mereka yang menunggu dengan cemas di tengah sorak-sorai kerumunan di bawah.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari