Chhaupadi, Ritual Tabu Menstruasi di Nepal, Tradisi Hindi Saat Seorang Wanita dalam Masa Siklus Menstruasi Dianggap Dosa dan Najis, Diungsikan ke Tempat Ini dan Apapun yang Disentuh Harus Dimurnikan

K. Tatik Wardayati

Editor

Chhaupadi, tradisi menstruasi di Nepal, saat seorang wanita dalam siklus menstruasi diungsikan di kandang ternak.
Chhaupadi, tradisi menstruasi di Nepal, saat seorang wanita dalam siklus menstruasi diungsikan di kandang ternak.

Intisari-Online.comChhaupadi, suatu bentuk tabu menstruasi, melanda negara Nepal.

Meskipun merupakan tabu sosial dalam tradisi Hindi, praktik Chhaupadi sering dipraktikkan di wilayah Nepal barat jauh dan di wilayah Himalaya.

Datangnya menstruasi atau haid, meskipun merupakan fungsi tubuh yang normal dan sehat bagi perempuan, namun dianggap sebagai bentuk dosa dan najis.

Meskipun tabu menstruasi ada di wilayah lain di Nepal dan negara-negara Asia Selatan lainnya, namun paling umum dilakukan di wilayah Himayala.

Di sini, disebut chhaupadi, ‘Chhau’ berarti menstruasi dan ‘padi’ mengacu pada wanita.

Chhaupadi terjadi selama siklus menstruasi wanita.

Seorang wanita dan anak perempuan yang sedang menstruasi, dianggap tidak suci, tidak tersentuh, dan mungkin pertanda nasib buruk.

Maka, selama siklus menstruasi, benda apa pun yang disentuh wnaita dianggap tidak suci, termasuk ternak, sumber air, dan tanaman

Apabila disentuh, maka benda-benda ini perlu dimurnikan dengan cara tertentu.

Akibatnya, di daerah di mana Chhaupadi dipraktikkan, para wanita diusir darirumah mereka.

Selama pengasingan, wanita dan anak perempuan sering dikirim ke gudan ‘chhau’, yang pada dasarnya adalah kandang ternak, dan mereka tinggal di sana selama sekitar empat hari.

Anak perempuan yang mengalami menstruasi untuk pertama kalinya, perlu tinggal di ‘chhau’ hingga empat belas hari.

Sayangnya, anak perempuan yang baru pertama kali mengalami menstruasi dan mengalami masalah kesehatan saat itu harus menunggu sampai siklus mereka berakhir sebelum mencari perawatan medis.

Hal ini dapat memperburuk kemungkinan masalah dan gejala kesehatan anak perempuan itu.

Jika wanita tidak secara langsung mempraktikkan pengasingan saat menstruasi, sebuah penelitian tahun 2018 oleh sosiolog Saruna Ghimire di Universitas Miami, menemukan bahwa 100% anak perempuan dibatasi oleh tabu menstruasi selama siklus mereka.

Wanita-wanita ini tidak diperbolehkan menyentuh makanan, menyentuh keran air, atau berpartisipasi dalam kegiatan keluarga normal.

Tabu menstruasi membatasi sumber daya yang tersedia, membatasi otonomi perempuan, bahkan mungkin merusak citra diri mereka.

Penelitian Ghimire juga menemukan bahwa 72% wanita menjadi sasaran pengasingan menstruasi karena Chhapuadi.

Tidak hanya stigma yang terkait dengan menstruasi menjadi masalah dalam komunitas ini, tetapi praktik Chhaupadi sebenarnya juga menimbulkan banyak risiko kesehatan bagi perempuan dan anak perempuan yang terlibat.

Misalnya, tempat pengasingan sementara yang digunakan Chhaupadi tidak higienis, sehingga meningkatkan risiko komplikasi kesehatan seperti infeksi saluran kemih, diare, dehidrasi, dan hipotermia.

Wanita dan anak perempuan yang tinggal di gudang ini juga rentan terhadap bahaya gigitan ular dan serangan hewan lainnya, melansir borgenproject.

Setiap tahun, setidaknya satu wanita atau gadis meninggal selama pengasingan dalam siklus menstruasi mereka.

Kasus-kasus ini sering tidak diperhatikan oleh media, sehingga kepercayaan anggota masyarakat tidak berubah.

Isolasi yang menyertai Chhaupadi juga menimbulkan konsekuensi berbahaya bagi kesehatan mental para wanita itu.

Sering kali, wanita dan gadis itu akan merasa ditinggalkan, tidak aman, bersalah, dan malu.

Akhirnya pada tahun 1027, Pemerintah Nepal memberlakukan undang-undang baru yang melarang Chhaupadi.

Setiap anggota keluarga yang memaksa seorang wanita untuk melakukan Chhaupadi dapat dihukum dengan hukuman penjara tiga bulan atau denda 3.000 rupee, yang berarti sekitar $30 (sekitar Rp438.391).

Meskipun Mahkamah Agung Nepal sebelumnya telah melaran Chhaupadi pada tahun 2005, namun praktik tersebut sulit dibubarkan karena berakar pada kepercayaan tradisional.

Maka, selain komponen legislatif, polisi setempat diberi tugas menghancurkan shelter Chhaupadi.

Sementara beberapa aktivis berpendapat bahwa Chhaupadi, meskipun berakar pada aspek patriarki budaya Nepal, namun sulit dihentikan karena banyak perempuan memilih untuk mempraktikkannya.

Dengan adanya undang-undang baru, perempuan bisa memilih untuk mempraktikkan Chhaupadi dengan cara yang aman, seperti mengisolasi diri dari keluarga mereka di area atau ruangan terpisah, dan bukan di gudang atau kandang ternak.

Meskipun Chhaupadi berasal dari kitab suci Hindu, merupakan salah satu praktik yang telah dilakukan selama berabad-abad.

Itu berarti praktik pengasingan menstruasi mungkin tidak serta merta berhenti.

Untunglah, Pemerintah Nepal telah membuat langkah-langkah dalam mengurangi Chhaupadi melalui hukum dan tindakan polisi.

Jika Chhaupadi dipraktikkan dengan pilihan, maka akan dilakukan dengan cara yang jauh lebih aman.

Baca Juga: Diasingkan Selama Satu Tahun di Dalam Hutan Bersama Nenek Mereka, Inilah Ritual Pelazon Suku Tikuna di Hutan Amazon, Ritual Kedewasaan untuk Gadis Muda Setelah Menstruasi Pertama

Baca Juga: Diasingkan dari Keluarga dan Masyarakat Karena Dianggap Darah Menstruasi Tidak Baik Bagi Lingkungan Adat, Inilah Ritual yang Harus Dijalani oleh Gadis Suku Noaulu yang Masuki Masa Akil Balig

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari

Artikel Terkait