Diasingkan Selama Satu Tahun di Dalam Hutan Bersama Nenek Mereka, Inilah Ritual Pelazon Suku Tikuna di Hutan Amazon, Ritual Kedewasaan untuk Gadis Muda Setelah Menstruasi Pertama

K. Tatik Wardayati

Penulis

Intisari-Online.com – Di sebuah pemukiman kecil, jauh di dalam hutan hujan Amazon, sebuah persiapan penuh warna sedang berlangsung untuk acara yang sangat penting.

Desa Puerto Esperanza, yang secara langsung diterjemahkan sebagai ‘Pelabuhan Harapan’, terletak di Amazonas Kolombia, tiga jam perjalanan dengan perahu dari Leticia, pelabuhan utama Amazon Kolombia.

Di tempat ini Anda akan menemukan banyak anggota suku Tikuna.

Sebagai salah satu suku paling banyak di hutan hujan, Tikuna adalah orang yang sangat artistk, dikenal karena budaya mereka yang kaya dan tradisi kuno.

Salah satu tradisi budaya yang paling menonjol serta dirayakan dan dijunjung oleh orang Tikuna adalah upacara Pelazon.

Upacara itu adalah ritual kedewasaan untuk gadis-gadis muda, yang menandai saat mereka memasuki masa dewasa, ditandai dengan datangnya menstruasi pertama.

Setelah setahun penuh terisolasi, gadis-gadis itu akan diterima kembali ke suku sebagai seorang wanita.

Di tengah pemukiman, di maloka, atau rumah kumpul, masyarakat memulai persiapan ritual yang akan berlangsung selama upacara Pelazon.

Mereka mengumpulkan anggur dan makanan dari masyarakat dan menghabiskan waktu berjam-jam untuk membuat drum berbulu yang akan digunakan selama festival.

Seorang pemuda memainkan peluit untuk meniru suara hutanda meniru setan yang beralama-lama di dekat maloka.

Sementara yang lainnya memanaskan drum kulit ikan untuk mengasah suaranya untuk persiapan perayaan.

Anggota komunitas yang lainnya membuat uito, pigmen alami yang nanti digunakan untuk menutupi tubuh gadis-gadis selama upacara.

Setahun dalam kesendirian

Setelah menstruasi pertama, setiap gadis muda Tikuna yang mengikuti ritual dan upacara Pelazon akan mengasingkan diri di sebuah rumah kecil yang terbuat dari daun lontar.

Selama setahun penuh, satu-satunya orang yang boleh ditemui gadis itu hanyalah neneknya.

Para tetua itu mengajari gadis-gadis muda itu banyak keterampilan, mulai dari menenun, bercocok tanam, dan menggunakan tanaman, hingga merawat bayi, dan setiap aspek lain untuk menjadi wanita dewasa Tikuna.

Digambarkan seorang nenek sedang menyikat rambut cucunya. Gadis itu baru berusia tujuh tahun tetapi telah memutuskan ketika saatnya tiba dia ingin mengambil bagian dalam ritual dan upacara Pelazon.

Setelah satu tahun isolasi yang panjang, keluarga gadis-gadis itu bekerja sama untuk mempersiapkan perayaan besar, dengan mengundang seluruh suku untuk menyambut putri mereka sebagai seorang wanita muda, dan kembali ke kehidupan masyarakat.

Perayaan berlangsung selama tiga hari dengan minum, makan, dan menari.

Tetapi sebelumnya, semua orang berkumpul dalam prosesi keliling desa, dengan mengumpulkan semua gadis muda, untuk membawa mereka ke maloka.

Anggota suku membawa hewan yang mereka buru sebagai persembahan kepada keluarga gadis-gadis itu.

Mereka membawa Terecaya di tangannya, yaitu sejenis kura-kura amazon, melansir matadornetwork.

Cangkang kura-kura itu dihias dengan bulu dan digantung di maloka sebagai simbol karifan dalam budaya Tikuna.

Saat malam tiba, arak-arakan terus berjalan di sekitar desa, lalu satu per satu mengumpulkan setiap gadis muda.

Upacara Pelazon

Jantung perayaan Pelazon, adalah pesta komunal besar yang diadakan di maloka.

Keluarga menawarkan minuman khas payabar untuk tamu mereka, orang-orang menari dengan lagu-lagu tradisional.

Di tengah pesta ini, gadis-gadis keluar dengan pakaian bulu dan dicet dengan pigmen uito.

Gadis-gadis itu diperkenalkan untuk pertama kalinya dalam ikat kepala bulu mereka yang rumit.

Di bawah salah satu wanita muda yang baru saja disambut menari sebagai bagian dari upacara, sementara wanita lainnya melihat.

Selama bagian penting dari upacara, anggota suku berpakaian seperti setan dan menari di sekitar gadis-gadis, dengan menggoda agar gadis-gadis itu cukup kuat untuk menghadapi, karena mereka kini adalah wanita dewasa.

Mereka memakai topeng, alat goyang, dan membawa penis kayu berukir untuk melambangkan rayuan yang mungkin ditemui para wanita muda dalam hidup mereka.

Setelah upacara selesai, maka setiap gadis dikatakan siap untuk memulai kehidupan dewasanya.

Waktu yang lama dengan neneknya sebagai gurunya dan kembalinya klimaks telah mempersiapkan gadis itu untuk semua aspek masa depan mereka.

Mulai dari pekerjaan, pernikahan, kehamilan, dan memiliki keluarga sendiri.

Baca Juga: Diasingkan dari Keluarga dan Masyarakat Karena Dianggap Darah Menstruasi Tidak Baik Bagi Lingkungan Adat, Inilah Ritual yang Harus Dijalani oleh Gadis Suku Noaulu yang Masuki Masa Akil Balig

Baca Juga: Tahukah Anda, Orang Mesir Kuno Cukur Alis Sebagai Ritual Ratapi Kematian Hewan Kesayangan Mereka? Inilah 10 Fakta Aneh tentang Mesir Kuno, termasuk ‘Ritual Aneh’ Firaun untuk Suburkan Sungai Nil

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari

Artikel Terkait